kakak

Centered Sliding Doors Navigation at exploding-boy.com
AYO KULIAH DI KOTA ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sabtu, 18 Mei 2013



I.  PENDAHULUAN

Secara umum Tanah (Soil) berbeda dengan lahan (Land) hal ini disebabkan karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor lingkungannya seperti lereng, hidrologi, iklim serta faktor lainnya. Tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman terutama dalam mempelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dikenal dengan istilah edaphologi.
Manusia yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Pada kontek tanah sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, baik buruknya tanah ditentukan oleh sampai sejauh mana manusia tersebut cukup terampil mengelolanya, bukan justru sebaliknya terjadi kerusakan-kerusakan terhadap tanah tersebut. Pada bidang pertanian (perkebunan) tanah diartikan lebih khusus sebagai media tumbuhnya tanaman sehingga mampu menghasilkan produksi sesuai yang di harapkan.
Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah membahas tentang pengertian tanah dari berbagai sudut pandang dan pengertian tanah dari sudut Ilmu Tanah. Untuk mempelajari tanah perlu diketahui komponen-komponen utama penyusun tanah yaitu fabe padat, fase cair dan fase gas baik komposisi maupun sifat-sifatnya. Selanjutnya dipelajari pula interaksi antar ke 3 fase tersebut dalam suatu sistem yang disebut dengan system dispers. Tanah berasal dari batuan, batuan untuk menjadi tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti bahan induk, iklim, jasad hidup, topografi, dan waktu. Dalam  hal ini dipelajari pula peran faktor-faktor tersebut terhadap pelapukan batuan yang terdiri atas pelapukan fisik dan kimia, proses pedogenesis (translokasi dan transformasi), morfologi dan profil tanah, horison-horison diagnostik tanah dan sifat-sifatnya. Setelah terbentuk tubuh tanah selanjutnya dipelajari sifat-sifat fisik tanah yang meliputi : tekstur, konsistensi, struktur, kadar lengas tanah, dan warna tanah; sifat kimia tanah : muatan tanah, koloid tanah, mineral lempung dan sifat-sifatnya, pertukaran ion (KPK dan KPA), kejenuhan basa,  reduksi-oksidasi, pH tanah,  sifat biologi tanah : organisme tanah dan bahan organic tanah.
Jenis tanah di Indonesia sangat beragam, untuk mengetahui jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia perlu dipelajari juga tentang klasifikasi tanah; jenis-jenis tanah di Indonesia (tanah mineral dan tanah organic), pembentukan, distribusi, sifat dan kesuburannya serta kesesuaian lahan untuk peruntukan tertentu.
Agar penggunaan tanah sebagai media tanam dapat digunakan secara berkelanjutan maka dalam Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu tanah juga dipelajari konservasi tanah maupun land-use.
Setelah mendapat kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah diharapkan mahasiswa dapat mengenal tanah baik asalnya, pembentukannya, sifatnya dan penggolongannya sehingga dapat mengelolannya sebagai bagian dari lahan pertanian secara berkelanjutan.

A.  PENGERTIAN TANAH
            Dalam mempelajari tanah kita harus menyamakan persepsi apa yang dimaksud dengan tanah. Ada beberapa definisi tanah antara lain menurut :
1. HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI) :
Tanah sebagai tubuh alam bebas dan dinamis yang memperoleh sifat-sifatnya sesuai dengan gaya-gaya alamiah yang mengenainya. Gaya-gaya tersebut meru-pakan faktor-faktor pembentuk tanah yang mencakup : IKLIM, VEGETASI, BAHAN INDUK, TOPOGRAFI DAN WAKTU.
2. J.J. BERZELIUS (PAKAR KIMIA) :
Tanah sebagai laboratorium kimia di alam yang didalamnya berlangsung proses-proses dekomposisi dan sintesis kimia secara tenang. 
3.  PAKAR GEOLOG
Tanah merupakan bahan alam yang rapuh yang menempati permukaan bumi
4. PAKAR TEKNIK SIPIL
Tanah merupakan bahan yang menjadi landasan bangunan gedung-gedung, jalan raya dan landasan lapangan terbang.
5. PAKAR EDAFOLOGI
Tanah sebagai tubuh alam yang bersifat rapuh menempati permukaan bumi, me- ngandung unsur-unsur  hara, sehingga tumbuh-tumbuhan dapat  tumbuh di atas-nya.
6. PAKAR AGRONOMI
Tanah adalah medium pertumbuhan ber-macam-macam tanaman yang diusahakan baik untuk perkebunan maupun pertanian
7. Jooffe dan Marbut dalam Foth and Turk (1972)
Tanah merupakan tubuh alami (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alami (natural force) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi. Tubuh alam ini dapat terdifferensiasi membentuk horizon-horison mineral maupun organic yang kedalamannya beragam dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan induk di bawahnya. Definisi ini sama dengan yang dikemukakan oleh HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI).

Perbedaan ini terutama dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat fisik dan aktivitas biologinya. Secara ringkas dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.         Tanah terbentuk dan berkembang melalui proses-proses alami.
b.        Adanya differensiasi profil tanah membentuk horizon-horison.
c.         Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-horison tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimia, fisik dan biologi.
8. Schoeder (1972) 
Tanah merupakan suatu system 3 fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad hidup yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi  dan kurun waktu membentuk berbagai macam perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.

Gambar 1. Tanah secara aktual
Di dalam mempelajari tanah definisi inilah yang dipergunakan bahwa tanah terdiri dari 3 fase yaitu (1) fase padat yang terdiri dari bahan mineral (anorganik) dan bahan organic, (2) fase cair dan (3) fase gas.
Satuan terkecil dari suatu tubuh tanah disebut dengan pedon, luas suatu pedon berkisar antara 1 – 10 m2 tergantung keragaman sifat yang ada di dalam tanah. Luas tersebut terlalu kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelompokan tanah untuk kegunaan klasifikasi dan pemetaan tanah. Dasar pengelompokan tanah di lapang di dasarkan pada kumpulan pedon-pedon (polypedon) yang mempunyai sifat-sifat yang sama dari suatu tanah.


B.  SUSUNAN UTAMA TANAH
            Seperti yang dikatakan oleh Schoeder (1972) bahwa tanah secara umum dapat dikatakan sebagai sistem 3 fase yang selalu dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dikatakan sebagai sistem 3 fase karena tanah terdiri dari 3 bahan yang berbeda bentuknya yaitu (1)  fase padat yaitu bahan yang berupa padatan tanah (Soil matrix), (2) fase cair berupa bahan cairan (larutan tanah) dan (3) fase gas berupa bahan gas (udara tanah). Proporsi ketiga fase tersebut dalam keseimbangan dinamis dalam arti ketiga fase tersebut berubah-ubah namun masih dalam kondisi keseimbangan seperti pada gambar berikut :

Gambar 2. Komponen Penyusun Tanah


1. FASE PADAT:
a. BAHAN ANORGANIK (MINERAL)
Bahan ini merupakan kerangka tanah. Bahan ini berasal dari mineral hasil pelapukan bahan induk (biasa disebut sebagai mineral primer)
b. BAHAN ORGANIK
Bahan organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan maupun hewan yang berada di dalam tanah. Bahan organik ini termasuk dalam fase padat karena berbentuk koloid. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa makhluk hidup yang sebagian telah mengalami pelapukan. Peranan bahan organik tanah sangat penting, merupakan perekat butiran lepas, dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan organik akan mempengaruhi sifat fisik tanah, misalnya memantapkan agregat tanah dsb. Bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menyediakan air bagi tanaman, meningkatkan KTK tanah, meningkatkan aktivitas mikro organisme tanah. Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikro organisme. Bahan organik merupakan komponen yang sangat penting dalam menyediakan nutrisi terutama Nitrogen serta merupakan komponen yang memberikan kontribusi pada peningkatan kandungan koloid organik. Peranan lain dari bahan organik adalah memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan kapasitas penyimpanan dan pelepasan nutrisi.
Gambar 3. Organic matter is soil gold !

Fase padat terdiri atas PARTIKEL TANAH yang merupakan butir-butir bahan yang menyusun tanah dalam berbagai ukuran yang disebut FRAKSI.
FRAKSI TANAH adalah Sekelompok partikel-partikel tanah yang mempunyai kisaran ukuran sama, dibagi menjadi 3 macam : (1). Fraksi pasir, (2) Fraksi debu dan (3). Fraksi lempung
Gambar 4. Illustrasi ukuran partikel-partikel penyusun tanah

Gambar 5. Klasifikasi ukuran partikel (butir-butir) tanah

2. FASE CAIR         
Air dalam tanah menempati ruangan pori-pori tanah, yang umumnya pada pori sedang dan mikro (kapiler). Air tanah pada pori besar (pori drainse) akan mengalir mengikuti gaya gravitasi atau dibuang (drainase). Air yang ditahan dalam pori sedang akan diisap oleh tanaman. Sedangkan air pada pori kapiler yang halus yang menyelimuti partikel tanah, pada batas-batas tertentu sudah tidak bisa lagi diisap oleh tanaman. Hal ini berkaitan dengan daya tarik antara partikel tanah dan air yang sangat kuat, dibanding dengan kemampuan tanaman menyerap air. Jadi tidak semua air dalam tanah dapat diserap oleh tanamanTanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan organik kedua bahan ini dapat dikatagorikan sebagai bahan padatan, udara dan air tanah.    
3. FASE GAS
Udara tanah menempati ruangan yang sama dengan air tanah. Pori yang tidak tersisi air, maka akan ditempati oleh udara. Komposisi antara udara dan air ini yang menentukan tingkat aerasi tanah apakah tergolong baik atau buruk. Jadi kadar udara dalam tanah dipengaruhi oleh hubungan tanah dan air. Pada tanah tergenang hampir seluruh pori diisi air, dan seballKnya pada daerah kering hampir seluruh pori ditempati oleh udara. Susunan udara tanah berbeda dengan udara di atmosfer. Udara tanah mengandung CO2 lebih tinggi, O2 lebih rendah, dan uap air lebih tinggi dibanding udara atmosfer. Hal tsb disebabkan karena ruang pori tanah bersifat tidak kontinyu artinya pori tanah sering tidak berhubungan satu sama lain, dan kegiatan organisme dalam dekomposisi  bahan organik, serta pemafasan akar tanaman yang menyerap O2 dan melepaskan CO2.
SISTEM DISPERS

Fase padat, cair dan gas dalam satu kesatuan biasanya disebut sebagai satu system yaitu  sistem dispers.

      Didalam sistem dispers ini fase cair mengelilingi/menyelimuti fase padat sebagai lapisan yang tipis, dengan adanya gaya tarik menarik antara partikel tanah dengan air (H2O), dimana semakin dekat letak lapisan air dengan permukaan partikel tanah ikatan antara keduanya semakin kuat dan sebaliknya semakin jauh letak lapisan air dengan permukaan partikel tanah maka ikatan antara keduanya semakin lemah.

      Fase gas menempati ruang pori yang kosong, secara bebas, karena udara tidak dapat berikatan dengan partikel tanah maupun air, gas selalu menempati ruang-ruang yg kosong.

      Sedangkan fase padat mendominasi dalam sistem tersebut.













II. PROSES PEMBENTUKAN TANAH


            Tanah mineral yang terbentuk dipermukaan bumi secara langsung maupun tidak langsung, berkembang dari bahan mineral batu-batuan. Tanah terbentuk melalui proses pelapukan baik secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh kondisi atmosfer. Batuan induk akan terdisintegrasi dan terdekomposisi menghasilkan bahan induk yang lepas-lepas selanjutnya dibawah pengaruh proses-proses pedogenik berkembang menjadi tanah.
Batuan induk                             Bahan induk                                                Profil tanah
 

                                                     Pelapukan


 
                                                                        Genesa Tanah



2.1 Faktor Pembentuk Tanah

HANS JENNY MEMFORMULASIKAN FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH SBB :
S = F (C, O, P, R, T,)

S = SOIL = TANAH
C = CLIMATE = IKLIM
O = ORGANISM = MAKHLUK HIDUP
P = PARENT MATERIAL = BAHAN INDUK
R = RELIEF = TIMBULAN = TOPOGRAFI
T = TIME = WAKTU

Kelima faktor ini bekerja secara berinteraksi sesamanya, tidak sendiri-sendiri. Batuan/bahan induk harus mengalami proses penghancuran (pelapukan) oleh iklim dan organisme (vegetasi) pada tempat (topografi) dan dalam waktu tertentu (t), yang selanjutnya menghasilkan tanah. Dengan demikian terlihat bahwa semakin banyak variasi faktor pembentuk tanah maka makin banyak jenis tanah yang dijumpai. Dan juga sifat dan ciri tanah akan tergantung dari kualitas faktor pembentuknya.
a. Bahan (Batuan) Induk
Batuan induk merupakan bahan baku dalam proses pembentukan tanah. Secara pedologis bahan induk dapat dikatagorikan menjadi bahan induk batuan (anorganik) dan bahan induk organik. Tanah mineral berasal dari bahan induk batuan, sedangkan tanah gambut berasal dari bahan induk organik. Batuan yag tersusun dari berbagai mineral primer dengan sifat dan komposisi tertentu dalam proses pelapukan akan membebaskan berbagai unsur hara. Sifat-sifat batuan induk atau bahan induk organik akan sangat menentukan sifat dari tanah.
Keberadaan mineral-mineral di dalam tanah tergantung pada tingkat kestabilannya (Wilding, Smeck, and Hall, 1983), yang dipengaruhi oleh : (a) perbedaan unsur-unsur penyusunnya, (b) perbedaan lingkungan hancuran iklim, dan (c) ukuran dan mineral tersebut. Setiap mineral mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan terhadap tanah-tanah yang terbentuk. Batuan basa mengandung banyak unsur hara (mineral) yang bersifat basa sehingga cenderung membentuk tanah basa, begitu sebaliknya dengan batuan masam akan membentuk tanah-tanah masam yang miskin unsur hara. Pada Tabel  di bawah ini  disajikan urut-urutan tingkat kestabilan mineral.






Tabel 1 : Jenis-jenis Batuan Utama dan Mineral penyusunnya (Fitzpatrick, 1980)


Tabel 2: Urutan Stabilitas Mineral (Wilding, Smeck, and Hall, 1983)

Mineral Primer

Stabilitas Mineral
Mineral Sekunder
Zirkon

Paling Stabil













Paling Tidak Stabil
Anatas
Rutil
Gibsit
Turmalin
Hematit (Gutit)
Ilmenit
Kaolinit
Garnet
Klorit Pedogenik
Kuarsa
Smektit
Epidot
Vermikulit
Sphene
Ilit
Muskovit
Halosit
Mikroklin
Sepiolit (Paligorskit)
Orthoklas
Alofan (Imogolit)
Plagioklas
Kalsit
Hornblende
Gypsum (Pyrit)
Klorit
Halit
Augit

Biotit

Serpentin

Glas Volkanik

Apatit

Olivin

.









Tabel 3 : Beberapa jenis Bahan Mineral yang Terdapat dalam Tanah dan Kandungan Unsur Hara yang Dominan (Klein dan Hurlbut, 1985)
Mineral
Rumus Kimia
Unsur Dominan

Kuarsa

SiO2
-
Kalsit
CaCo3
Ca
Dolomite
CaMg(CO3)
Ca, Mg
Felspar – Orthoklas
KalSi3O8
K
Felspar – Plagioklas
NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
Na, Ca
Mika – Muskovit
KAl2(AlSi3O10)(OH)2
K
Mika – Biotit
K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2
K, Mg, Fe
Amfibol (Hornblende)
(Ca,Na)2-
3(Mg,Fe,Al)5Si6(SiAl)2O22(OH)2
Ca, Mg, Fe
Piroksin (Hiperstin, Augit)
(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(SiAl)2O6
Ca, Mg, Fe
Olivin
(Mg,Fe)2SiO4
Mg, Fe
Leucit
KAlSi2O6
K
Apatit
Ca5(PO4)3(F,D,OH)
P

Pada Tabel 3. tersebut terlihat bahwa tanah-tanah yang berasal dari batuan Kuarsa maupun Kuarsit secara dominan mempunyai mineral tanah Kuarsa. Mineral tersebut tidak mempunyai unsur hara, dengan demikian akan terbentuk tanah yang yang masam dan miskin unsur hara.
b. Iklim
Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan dan angin merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Pengaruh iklim terhadap proses pembentukan tanah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung  misalnya dalam proses pelapukan fisik maupun kimia, pencucian, translokasi dll, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi. Suhu merupakan komponen dari iklim merupakan komponen yang sangat berpengaruh pada kecepatan reaksi dalam proses pembentukan tanah. Suhu sangat menentukan jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh di permukaan sehingga menentukan jumlah dan jenis bahan organik yang terbentuk. Di dalam profil curah hujan sangat berpengaruh pada proses pelapukan, pelarutan, translokasi unsur hara dan bahan lainnya serta pertumbuhan perakaran tanaman. Di luar profil tanah curah hujan berpengaruh terhadap erosi serta deposisi material tanah. a. PERAN CURAH HUJAN (AIR) : (1) Air sebagai pelarut, (2) Berperan dalam reaksi-reaksi kimia, (3) Berperan dalam pelapukan fisik batuan melalui pembekuan air dalam pori-pori batuan. Daerah yang curah hujannya tinggi (Daerah TROPIS BASAH), sifat-sifat tanah yang terbentuk adalah :
      SOLUM DALAM,
      PELINDIAN INTENSIF
      TEKSTUR HALUS
      pH MASAM
      UNSUR HARA MUDAH TERSEDIA
      HORIZON-HORIZANNYA LENGKAP
SIfat-sifat tanah di DAERAH KERING (ARID) adalah :
      TEKSTUR KASAR
      pH BASIS
      PELINDIAN JARANG TERJADI
      HORIZON-HORIZON TIDAK TAM-PAK (TIDAK LENGKAP)

3. Organisme
            Organisme merupakan faktor penting semenjak permulaan pembentukan profil tanah. Proses pembentukan profil tanah dimulai sejak tanaman mulai hidup di atas batuan misalnya jenis Lichenes. Apabila batuan mulai lunak maka tumbuhan yang lebih besar mulai tumbuh dan akhirnya mati dengan meninggalkan sisa-sisa tanaman (bahan organik) (horison O). Bahan organik ini akan di rombak oleh mikroorganisme serta dicampur dengan bahan mineral yang ada di bawahnya sehingga terbentuk horison A yang berwarna gelap Asam organik yang dihasilkan proses dekomposisi akan meningkatkan proses pelapukan mineral sehingga terbentuk mineral sekunder dan unsur hara dalam tanah. Adanya air hujan akan terjadi proses translokasi bahan tersebut dari horison A ke horison di bawahnya, proses ini akan menghasilkan horison B (horison iluviasi). Beberapa sifat tanah yang dipengaruhi oleh organisme adalah bentuk struktur tanah dan rongga (void) tanah, konsentrasi bahan organik (Mor, Mull, sward dan orterde) dan perubahan-perubahan bentuk di permukaan tanah. 
4. Relief (Topografi)
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief atau topografi mempengaruhi  proses pembentukan tanah dengan cara :
1.      Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau di tahan masa tanah.
2.      Mempengaruhi dalamnya air tanah.
3.      Mempengaruhi besarnya erosi.
4.      Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah :
1.      Tebal solum
2.      Tebal dan kandungan bahan organik horison A.
3.      Kandungan air tanah (Relative wetness).
4.      Warna tanah.
5.      Tingkat perkembangan horison.
6.      Reaksi tanah (pH).
7.      Kandungan garam mudah larut.

Kaitan antara topografi dan jenis tanah adalah umum disebut toposequence dimana menggambarkan jenis-jenis tanah yang d)jumpai pada setiap posisi lereng (Iereng atas, tengah dan bawah) serta sifat dan ciri-ciri tanah tsb.. Sifat-sifat tanah menyebar mengikuti pola topografi suatu daerah. Misalnya tanah Aluvial akan dijumpai pada lereng bawah yang merupakan daerah endapan, dan sebaliknya pada lereng atas akan dijumpai tanah-tanah dengan solum dangkal.
Tabel.4. Bentuk Wilayah, lereng dan perbedaan tinggi. 
Bentuk Wilayah
Lereng
Perbedaan Tinggi (m)
Datar (flat)
0 – 3
<5
Berombak (undulating)
3 – 8 %
5 - 15
Bergelombang (rolling)
8 – 15
15 - 50
Berbukit (hilly)
15 – 30
50 - 200
Bergunung (mountainous)
> 30
> 200
Sumber : Hardjowigeno, 2003.

5. Waktu
            Tanah merupakan benda alam yang selalu dinamis sehingga akibat pelapukan dan pencucian maka tanah yang semakin tua maka akan semakin miskin. Mineral yang kaya akan unsur hara akan habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa atau seskuioksida. Mohr dan  van Baren telah mengenal ada 5 fase yang terlibat dalam perkembangan tanah-tanah tropis yaitu :
1.    Fase Pemula:  Bahan induk belum mengalami pelapukan (100% b.i & 0% tanah).
2.    Fase Juvenil: Pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya belum   dilapuki
            (75% b.i. & 25 % tanah)
3.    Fase viril     : Kebanyakan mineral-mineral mulai terlihat, kandungan KLEI meningkat,     
                        pelapukan masih berjalan lambat (50% b.i. & 50% tanah).
4.    Fase Senil   : Dekomposisi atau pelapukan tiba pada fase akhir hanya mineral-mineral yang
                        tahan lapuk yang masih bertahan (25% b.i. & 75 % tanah).
5.    Fase akhir   : Perkembangan tanah telah sempurna, bahan sudah mengalami pelapukan
           (100 % bahan tanah).
            Proses pembentukan tanah yang berjalan terus menerus maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature soil), tanah dewasa (mature soil), tanah tua (Old soil atau senil soil). Penjelasan lebih lengkap dapat di lihat pada Gambar 1 dibawah ini.  

















Gambar 5. Tingkat perkembangan relatip tanah (Hardjowigeno,  1993).

2.2. PELAPUKAN DAN PROSES PEMBENTUKAN PROFIL TANAH
Pelapukan ialah proses berubahnya batuan menjadi bahan tanah sebagai tanggapan dari batuan tersebut untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya.
Pelapukan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pelapukan fisik/mekanik/desintegrasi
2. Pelapukan kimia/dekomposisi

2.2.1. Proses pelapukan fisik ialah :
Penghancuran bahan atau batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimia bahan-bahan yang terlapukkan.
Pelapukan fisik dapat diakibatkan oleh:
1.    Fluktuasi suhu
2.    Tenaga air
3.    Tenaga angin
4.    Cuaca yang membekukan
5.    Kegiatan akar tumbuhan-tumbuhan
6.     Penurunan tekanan
Gambar 6. Proses Disintegrasi oleh pembekuan air

Gambar 7. Proses Disintegrasi oleh akar tamanan

Proses ini akan meningkatkan LPJ.
        6
LPJ  = --------
         L
                    1
Jumlah butir = (------)3
                    L

           
2.2.2. PELAPUKAN KIMIA
Adalah proses perubahan bahan atau batuan secara kimia. Pelapukan ini menghasilkan bahan yang susunan kimianya tidak sama dengan batuan/bahan yang mengalami pelapukan.
Kedua proses pelapukan ini (pelapukan fisik & kimia) pada umumnya berlangsung bersama-sama dan saling pengaruh mempengaruhi, sehingga sukar dibedakan/dipisahkan.
Hasil pelapukan fisik dilanjutkan dengan pelapukan kimia melalui :
a)      Pelarutan (agensia yg berperan : air)
b)       Hidrolisis (penguraian oleh air terutama ion H+)
c)      Hidratasi (penempelan mol. Air)
d)     Oksidasi (agensia yang berperan O2)
e)      Asidolisis (agensia yang berperan :CO2)
Agen-agen utama yang berperan dalam proses tersebut adalah : H2O, CO2, O2 dan H+
a. Pelarutan (solution)
Terjadi pada garam-garam sederhana, seperti karbonat, klorida, dll.



CaCO3 + 2H+                                H2CO3 + Ca+
Dapat juga berupa pelarutan mineral primer tanpa perubahan kimia
b. Hidrasi
Reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh senyawa-senyawa tertentu



  CaSO4 + 2H2O                           CaSO4 2H20  (Gypsum)
c. Dehidrasi
Reaksi kimia yang mengakibatkan terlepasnya molekul air dari suatu senyawa



CaSO4 2H2O                                CaSO4 + 2H2O
d. Hidrolisis
Reaksi kimia yang mengakibatkan pergantian kation-kation dalam struktur kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur
Merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk
3KAlSi3O8O + 2H+                          KAl3Si3O10(OH)2 + 6SiO2 + 2K+
   K-felspar                                                 Mica                   Quartz
2KAl3Si3O10(OH)2 + 2H+ + 3H20                                     3Al2Si2O5(OH)4  +  2K+
        Mica                                                                                 Kaolinite
(Hemley clan Jones, 1964  dalam Krauskopf, 1979)


e. Oksidasi
Oksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik negatip menjadi berkurang. Proses tersebut akan berlangsung baik jika tersedia oksigen secara cukup. Mineral-mineral tersebut menjadi mudah hancur sebagai akibat perubahan ukuran clan muatan dari ferro (Fe++) ke ferri (Fe+++)
Oksidasi besi memberi warDa merah, coklat, atau orange Biasanya terjadi setelah Hidrolisis
Fe++ -------------------------à Fe+++  +   elektron
f. Reduksi berarti penambahan elektron dimana dengan proses reduksi dapat merubah besi feri  menjadi fero yang sangat mudah bergerak. Pada kondisi ini besi akan mudah tercuci dan hilang dari tanah. Bila tidak tercuci maka besi ini akan bereaksi dengan sulfur membentuk Sulfida atau senyawa lain sehingga membentuk warna hijau-kebiruan yang khas untuk tanah tereduksi.
                 Fe+++      +  elektron                               Fe++
             
Pelapukan pedokimia terjadi pada solum tanah , beberapa proses yang dapat dikatagorikan sebagai proses pelapukan pedokimia adalah :
  1. Proses oksidasi-reduksi dari Fe dan Mn dari mineral primer yang akhirnya membentuk karatan atau kongkresi dalam solum tanah.
  2. Pelepasan Al dari kristal KLEI menjadi hidroksida melalui proses pertukaran kation.
  3. Pemindahan K dari mika dimana terjadi pergantian K oleh H pada interlayer mika sehingga membentuk mineral KLEI vermiculit dan montmorilonit.
  4. Pembentukan lapisan Al pada mineral KLEI tipe 2:1























PROSES PEMBENTUKAN TANAH(PEDOGENESIS)
Pada pembentukan tanah terdapat beberapa proses yang mengakibatkan penambahan bahan ke dalam tanah, kehilangan bahan dari tanah, perubahan bentuk, dan pemindahan dalam solum. Beberapa proses tersebut adalah :
Tabel : Beberapa Contoh Proses Pembentukan Tanah (Hardjowigeno, 1995)
Proses
Keterangan
1
A
Eluviasi
4
Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu Horison ke Horison lainnya
B
Iluviasi
4
Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu Horison
2
A
Leaching
2
Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanah
B
Enrichment
1
Penambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain
3
A
Dekalsifikasi
4
Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu Horison tanah
b
Kalsifikasi
4
Penimbunan CaCO3 dalam suatu Horison tanah
4
a
Desalinasi
4
Pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu Horison tanah
b
Salinasi
4
Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu Horison tanah
5
a
Dealkalinasi (Solodisasi)
4
Pencician ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison
b
Alkalinisasi (Solonisasi)
4
Akumulasi ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison tanah
6
a
Lessivage
4
Pencucian (pemindahan) KLEI dari suatu Horison ke Horison lainnya dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk tanah Ultisol (Podsolik) atau Alfisol
b
Pedoturbasi
4
Pencampuran secara fisik dan biologik beberapa Horison tanah sehingga Horison-Horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang. Terjadi pada tanah Vertisol (Grumusol)
7
a
Podsolisasi (Silikasi)
(3,4)
Pemindahan Al serta Fe dan / atau bahan organik dari suatu Horison ke Horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada Horison yang tercuci meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah Spodosol (Podsol).

b
Desilikasi (Feralisasi, Laterisasi, Latosolisasi)
(3,4)
Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk Oxisol (Laterit, Latosol).
8
a
Melanisasi
(1,4)
Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran bahan organik dengan bahan mineral. Dapat membentuk Mollisol

b
Leusinasasi
4
Pembentukan Horison pucat karena pencucian bahan organik
9
a
Braunifikasi, Rubifikasi, Feruginasi
(3,4)
Pelepasan besi dari menieral primer dan dispersi partikel besi oksida yang makin meningkat. Berdasarkan besarnya oksidasi dan hidrasi dari oksida-oksida tersebut maka dapat menjadi berwarna coklat (Brafikasi), coklat kemerahan (Rubifikasi) atau merah ( Feruginasi)

b
Gleisasi
(3,4)
Redukasi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga ternentuk warna kebi
10
a
Littering
1
Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm di permukaan tanah mineral

b
Humifikasi
3
Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
Keterangan :
(1)     Penambahan bahan ke tanah                              (2)     Kehilangan bahan dari tanah
(3)     Perubahan bentuk (transformasi)                        (4)     Pemindahan dalam solum
          Sebagai hasil dari proses-proses yang terjadi dalam pembentukan tanah, maka akan terbentuk lapisan-lapisan di dalam tanah yang disebut sebagai Horison Tanah.. Ringkasan penamaan horison tanah disampaikan sebagai berikut :
§  Horison O
-     Horison organik yang selalu jenuh dengan air atau tidak pemah jenuh air. Kandungan bahan organik > 20 % (Pasir) atau > 30 % (KLEI)
-     Pada tanah mineral biasanya ditemukan pada tanah-tanah di hutan yang belum terganggu
Oi, Oe (nama lama O1)
Tingkat dekomposisi bahan organik kasar (Fibrik = i) atau sedang (Hemik = e)
Oa, Oe (nama lama 02)
Tingkat dekomposisi bahan organik halus (Saprik = a) atau sedang (Hemik = e)
§  Horison A
      Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap dari horison di bawahnya.
§  Horison E
      Horison dimana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap KLEI, Fe, Al dan bahan
      organik, berwarna pucat.
§  Horison B adalah horison bawah yang terbentuk karena berbagai hal :
a)            Bt     : Penimbunan (iluviasi) KLEI yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
b)          Bs      : Penimbunan (iluviasi) Fe dan Al oksida (seskuioksida) yang berasal dari                   horison eluviasi (E); atau
c)            Bh    : Penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
d)          Bo     : Penimbunan relatip (residual) Fe dan Al oksida (seskuioksida) akibat pencucian Silika (desilikasi); atau
e)           Bw    : Alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi dan lainnya sehingga warna lebih merah atau membentuk struktur tanah.
f)           Bss    : Terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang dan mengerut.

§  Honson C
Bahan induk (Regolit), sedikit melapuk sehingga lunak dan dapat ditembus akar.
§  Honson R
Batuan induk yang keras belum di lapuk, tidak dapat ditembus akar tanaman.

   

GAMBAR : PROFIL TANAH
 























III. SIFAT FISIK TANAH
 
            Sebagai benda alam tanah dapat dipelajari tentang sifat kimia dan fisiknya, dimana kemampuan tanah sangat ditentukan oleh kedua sifat ini. Berbeda dengan sifat kimia, sifat fisik tanah relatip tetap sehingga disebut sebagai faktor pembatas tetap (permanen). Tekstur tanah misalnya relatip tidak akan berubah untuk jangka waktu lama. Disisi lain sifat fisik tanah relatip sulit di rubah misalnya tanah yang mempunyai tekstur KLEI sangat sulit dirubah menjadi tekstur lempung.
            Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh sifat fisik sulit dikenali, biasanya baru diketahui setelah menunjukkan gejala lanjut. Pada kasus tanah mempunyai lapisan impermeabel (hardpan) tanaman akan menunjukkan gejala ketidaknormalan. Banyak orang menduga ketidaknormalan itu disebabkan karena kekurangan unsur hara, padahal permasalahan utamanya karena akar tidak dapat menembus lapisan tersebut sehingga akar tanaman hanya mampu mengambil hara dari daerah yang sangat terbatas.
            Cabang dari ilmu tanah yang mempelajari sifat fisik tanah di kenal dengan Fisika Tanah, waktu yang dibutuhkan topik ini sangatlah lama. Pada materi ini hanya dikenalkan secara umum sifat fisik tanah serta hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.
3.1. Tekstur
            Tekstur tanah adalah perbandingan relatip (dalam persen) fraksi pasir , debu dan KLEI. Tekstur tanah penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi tersebut akan menentukan sifat fisik, fisikokimia, dan sifat kimia tanah. Bahan tanah/partikel tanah ukuran > 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Diameter Pasir: 2 mm - 50m ; Debu: 50 m - 2 m; KLEI: < 2 m . Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah yang merupakan perbandingan banyaknya pasir, debu, KLEI. Di laboratorium penentuan tekstur tanah dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu (1) metoda pipet, dan (2) metoda Hidrometer. Kedua metode tsb digunakankan untuk menentukan % ase masing-masing fraksi tanah dan selanjutnya penggolongan kelas tektur dilakukan dengan menggunakan segitiga tekstur tanah dengan cara memasukkan data hasil analisa laboratorium. Penetapan tekstur secara kualitatif di lapangan dilakukan dengan cara memijit tanah basah di antara jari-jari sambil dirasakan halus kasarnya butiran. Rasa kasar mencirikan pasir, rasa licin mencirikan debu dan rasa lekat mencirikan KLEI.
Pengetahuan tekstur tanah sangat penting karena tekstur tanah dapat  digunakan sebagai petunjuk  dalam penilaian suatu lahan, misalnya :
1.      Mudah tidaknya suatu tanah diolah. Bila tekstur tanahnya pasiran maka tanah tersebut mudah diolah, tetapi bila tanah tersebut tanah lempungan maka tanah tersebut sukar/berat bila diolah.
2.      Untuk mengetahui baik buruknya aerasi tanah dan tata air di dalam tanah.
3.      Untuk  mengkaji tentang morfologi , genesis, klasifikasi dan  pemetaan tanah.
4.      Tekstur tanah sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah seperti luas permukaan partikel tanah, plastisitas, permeabilitas, kemampuan tanah mengikat air dan hara, kekerasan, kemudahan olah tanah, kesuburan dan produktifitas tanah. Tetapi tekstur tanah ini tidak terlepas dari jenis lempung dan mineral batuan yang terkandung. Tanah yang bertekstur halus (lempung) memiliki Luas pemukaan jenis (LPJ) yang besar sehingga kemampuan menyerap air dan unsure hara yang lebih tinggi dari yang bertekstur kasar, tetapi permeabilitas atau drainase tanah lempungan ini lebih lambat daripada tanah pasiran. Sedangkan Tanah dengan tekstur pasir mempunyai luas permukaan jenis kecil (LPJ kecil), sehingga daya serap air rendah dan kapasitas menjerap kation juga rendah (KPK rendah). Sedangkan tanah-tanah bertekstur lempung () mempunyai luas permukaan (LPJ) besar sehingga memiliki daya serap air besar dan KPK lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tekstur kasar. Dengan demikian, jelas bahwa tekstur sangat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Tekstur tanah yang perlu diperhatikan  tidak hanya yang di lapisan permukaan saja tetapi juga di lapisan yang lebih dalam di dalam profil tanah.
Ciri-ciri dari masing-masing tekstur :
1. Tekstur Pasir :
      Kadar pasir ³ 70%
      Bersifat lepas-lepas
      Tidak liat dan tidak lekat
      Terasa kasar kalau dipilin dan tidak meninggalkan selaput.
       Aerasi dan drainase baik
       Kemampuan menyerap air dan ion rendah
       Ringan bila diolah
Untuk pasir geluhan  mempunyai sifat-sifat sbb :
1. Mengandung lempung dan debu sedikit
2. Konsistensi agak liat
3. Bila dipilin diantara 2 jari akan me-ninggalkan  sedikit selaput bahan halus pada jari
2. Tekstur geluh/sedang
      Mengandung ke 3 fraksi secara se-imbang sehingga sifat-sifatnya terletak diantara 2 tekstur yang ekstrem
      Tanah ini yang paling disukai oleh tanaman
      Pori makro dan mikro seimbang
3. Tanah lempung
      Mengandung lempung ³ 35 %
      Berat bila diolah
      Sangat liat dan lekat
      Aerasi dan drainase buruk
      Kemampuan mengikat ion dan menyerap air tinggi
 
GAMBAR : SEGITIGA TEKSTUR USDA
 


3.2.Struktur
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer (KLEI, debu dan pasir) membentuk aggregat-aggregat dimana satu aggregat dengan aggregat lainnya di batasi oleh bidang belah alami yang lemah. Aggregat yang terbentuk secara alami disebut ped, sedangkan istilah clod  digunakan untuk bongkahan tanah hasil pengolahan tanah. Struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, pertumbuhan akar, kegiatan mikroorganisme tanah dan penyediaan nutrisi tanaman.
Terdapat 4 bentuk utama struktur tanah yaitu :
1.      Bentuk lempeng  : struktur dengan dimensi horisontal lebih berkembang dibanding vertikal,  platy bentuk dari lempeng tebal, sedangkan laminar adalah bentuk dari lempeng tipis.
2.      Bentuk prisma : Sumbu vertikal lebih berkembang dari lainnya, bagian samping agak datar (flat), menghasilkan bangunan bentuk pilar. Jika puncak ped adalah bulah disebut struktur columnar, jika datar disebut prisma.
3.      Betuk gumpal : Perkembangan ketiga dimensi relatip sama, ped-ped yang terbentuk serupa kubus dengan muka datar atau bulat. Jika mukanya datar dan pinggiranya bersudut tajam dinamakan gumpal bersudut (angular bloocky).
4.      Bentuk spheroidal : Bentuk bulat atau spheroidal dan semua sumbu lebih kurang sama panjangnya  dengan muka tidak beraturan (irregular). Biasanya ukuran strukturnya kecil kecil, aggregat-aggregat dari grup ini  dinamakan granular jika relatip kurang porous, jika susunan granular sangat porous dinamakan remah (crumb).

            Dikenal dua jenis tanah tidak berstruktur yaitu butir tunggal (single grain) dan massive. Butir tunggal adalah jika partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat) satu dengan lainnya biasanya terjadi pada tanah pasir. Massive digunakan untuk tanah-tanah padat yang ruang pori-porinya telah terisi oleh KLEI. Tiga grup bahan koloid tanah dikenal sebagai bahan perekat dalam proses pembentukan aggregat-aggregat tanah yaitu :
1.      Mineral-mineral KLEI.
2.      Oksida-oksida besi dan Mangan yang bersifat koloidal.
3.      Bahan organik yang bersifat koloidal, termasuk gum yang dihasilkan oleh aktivitas jasad renik.
3.3. Warna Tanah
Warna tanah  merupakan cirri tanah yang paling nyata dan paling mudah ditentukan. Warna tanah merupakan peryataan  dari :1) jenis dan kadar bahan organic 2) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungannya dengan hidratasi, oksidasi dan pencucian 3) Tingkat perkembangan tanah 4) Kadar air termasuk pula posisi permukaan air tanah .5) Adanya bahan-bahan tertentu.
Tanah yang kaya akan bahan organic akan memberikan warna kelam, warna merah menunjukkan biasanya mengindikasikan kondisi tanah yang drainasenya baik, terdapat pada daerah cembung (convex) berada diatas batuan yang permeable. Warna merah dapat juga disebabkan oleh warna bahan induknya. Warna kuning sering dijumpai pada tanah yang berkembang pada daerah lembab, warna ini disebabkan olek okida besi, warna coklat disebabkan oleh percampuran antara warna tanah kuning dan bahan organic. Warna tanah kelabu dan keputih-putohan disebabkan karena bahan tanah terutama kuarsa, kaolin, dan mineral-mineral KLEI, karbonat Ca dan Mg, senyawa ferro (kondisi tergenang/tereduksi). Tanah-tanah yang kondisi drainasenya buruk sering ditemui adanya bercak-bercak (mottling) berwarna kelabu, coklat, merah atau kuning.
Penentuan warna diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding, Munsell Color Chart sering digunakan untuk menentukan warna tanah. Munsell Color Chart (MCC) teridiri atas kartu-kartu yang berbeda warna spectrum dominannya di beri istilah Hue, dengan symbol angka dan hurup besar yang diterangkan pada sudut kanan atas tiap-tiap kartu.  Baris vertical disusun menurut interval yang berbeda warna kelam – cerah atau hubungannya dengan warna putih dan hitam diberi istilah Value , diberi symbol angka di muka garis miring. Baris horizontal disusun menurut interval yang berbeda dalam hal kekuatan atau intensitasnya diberi istilah Chroma, diberi simbul angka dibelakang garis miring.
3.4.Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi)  massa tanah terhadap perubahan bentuk akibat adanya tekanan dari luar. Konsistensi ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan secara kualitatip dan kuantitatif (Angka Atterberg).
Prinsip penenetapan konsistensi secara kualitatip  adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tanah pada berbagai kondisi kadar air tanah. Angka atterberg  menunjukkan kadar air pada berbagai batas konsistensi, yaitu penetapan batas cair dan batas plastis suatu tanah yang selanjutnya dapat ditentukan nilai indeks plastisitasnya.Arti penting konsistensi tanah adalah cara penentuan pengolahan tanah yang effisien dan menentukan kemampuan penetrasi akar tanaman di dalam tanah.
3.5.Pori-Pori tanah
Pori-porii tanah adalah bagian tanah yang berisi air dan udara. Pori tanah dibedakan pori kasar (makro) dan pori halus (mikro). Pori kasar berisi udara dan air grafitasl (air yang bergerak atau mudah hilang karena gaya grafitasi) , sedang pori halus berisi air kapiler atau udara yang terutama berguna bagi tanaman. Tanah dengan tekstur kasar memiliki pori makro yang lebih besar dibanding tanah tekstur halus. Akan tetapi tanah tekstur halus memiliki total pori lebih tinggi dari tanah tekstur kasar. Porositas tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, tekstur, dan struktur. Bahan organik tanah akan meningkatkan porositas tanah. Tanah yang struktur masif (pejal) misalnya karena pemadatan menyebabkan porositas tanah rendah.  Pori-pori tanah dapat ditentukan dengan menghitung nilai Bulk Density dan Partikel density.
Pori-pori tanah (%) = (1 – Bulk density/partikel density) x 100 %
3.6.Bulk Density (Kerapatan Lindak) dan Partikel Density
            Bulk density tanah adalah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering terhadap volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah . Semakin tinggi bulk density maka semakin padat tanah tersebut hal ini akan memberikan informasi bahwa tanah tersebut sulit melewatkan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar antara 1.1 – 1.6 g.cm-3. Beberapa tanah memiliki bulk density kurang dari 0.9 g.cm-3 yaitu Andisol, bahka pada tanah gambut (Histosol) kurang dari 0.1 g.cm-3 .
            Bulk density sangat penting dilakukan pengukuran terutama dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan pupuk dan kandungan air dalam tanah yang didasarkan pada berat tanah persatuan luasan tanah. Bulk density berbeda dengan partikel density (kerapatan jenis zarah). Partikel density adalah berat kering tanah persatuan volume partikel-partikel padat tanah tidak termasuk volume pori-pori tanah. Tanah mineral mempunyai nilai partikel density 2.65 g.cm-3  .
3.7.Air Tanah
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainage yang kurang baik (Hardjowigeno, 1995).
Fungsi air bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai :
§   Unsur hara tanaman
Tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
§   Pelarut unsur hara
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
§   Bagian dari sel-sel tanaman
§   Air merupakan bagian dari protoplasma
Persediaan air di dalam tanah tergantung dari :
§   Banyaknya curah hujan atau air irigasi
§   Kemampuan tanah menahan air Air
§   Besarnya evapotranspirasi
§   Tingginya permukaan air tanah

Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
Air Higroskopik :  Air yang diserap dengan sangat kuat oleh tanah sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air)

Air Kapiler  : Air di dalam tanah, di mana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dengan tanah) lebih kuat dari gaya gravitasi. Air ini dapat  bergerak ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) oleh tanaman.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan penentuan jumlah air tersedia bagi tanaman , adalah:
Kapasitas Lapang  : Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terns menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu (titik layu permanen)
Titik Layu Permanen  : Kandungan air tanah di mana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang atau malam hari.
Air Tersedia  : Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman merupakan selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen .
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (Moisture Tension) dalam tanah. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan air diukur dalam Bar, Atmosfir, Cm Air, atau Logaritma dari Cm Air yang disebut pF. Satuan Bar dan Atmosfir sering dianggap sarna karena 1 atm = 1.0127 bar. Pada Tabel  di bawah ini  disajikan hubungan antara kondisi air di dalam tanah dengan tegangan air.

Tabe1: Klasifikasi Kelembaban Tanah dan Tegangan Air
Klasifikasi kelembaban Tanah
Tegangan
Bar (atm)
pF
Jenuh Air (air Grafitasi, hilang dari tanah)
0
0
Kapasitas Lapang (Air Kapiler, dapat diserap tanaman)
1/3
2.53
Titik Layu permanen (Air Kapiler, tidak dapat diserap tanaman)
15
4.18
Koefisien hidroskopik, tidak dapat diserap tanaman)
31
4.5
Kering Oven
10,000
7

 
IV. SIFAT KIMIA TANAH

            Kemampuan tanah  dalam menyediakan unsure-unsur hara bagi tanaman merupakan persoalan uatama dalam produksi tanaman. Secara menyeluruh unsure hara merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor lingkungan tersebut adalah : 1) Temperatur, 2) Radiasi matahari, 3) Kelebababn,             4) Reaksi tanah, 5) Udara tanah, 6) Susunan atmosfere, 7) Ketersediaan unsure hara, 8) Faktor biotis.
4.1.Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah menunjukkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah. Nilai pH adalah berkisar dari 0 - 14. Makin besar angka pH berarti makin bersifat  basa, dan sebaliknya makin rendah berarti makin masam. Angka 7 berarti bahwa reaksinya netral dengan kata lain konsentrasi H+ dan OH- sama besar.  Semakin tinggi H+ makin masam dan sernakin tinggi OH- semakin basa. 
Beberapa reaksi kimia dan reaksi biokimia dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah antara lain :
·      Pelapukan batuan dan mineral primer akan terjadi lebih cepat apabila dalam suasana lingkungan masam. Kondisi ini dapat dilihat pada tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) cadangan mineral mudah lapuk sangat rendah. Pada tanah-tanah muda dimana pH tanah masih netral atau sedikit alkalis ditemukan banyak bahan-bahan mineral mudah lapuk.
·      Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap tanaman atau dalam bentuk tersedia adalah pada pH sekitar netral. Unsur mikro umumnya ketersediannya meningkat pada pH masam. Sedangkan unsur makro, ketersediaan meningkat pada pH naik. Misalnya, unsur P tidak tersedia bagi tanaman pada suasana masam karena terikat oleh AI dan Fe. Sebaliknya pada pH alkalis., P juga tidak tersedia karena diikat oleh Ca.
·      Kemasaman tanah menentukan spesies Al yang dominan dalam tanah. Tanah dengan pH < 5 spesies Al yang dominan adalah heksamonomerik trivalent Al yang dapat mencapai kejenuhan yang tinggi sehingga meracuni tanaman. Pada pH > 5tidak akan terjadi keracunan Al karena heksamonomerik trivalent Al di konversi menjadi Al polimerik Al ((Al(OH)n(OH2)6-n)3-n.
·      pH tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan (solubilitas) senyawa-senyawa sukar larut dalam air, diantaranya fosfat alam, kapur (kalsit dan dolomit).
·      pH tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsure hara mikro terutama Fe dan Cu.
·      pH tanah akan berpengaruh pada muatan listrik bersih pada permukaan tapak jerapan, terutama tanah-tanah yang memiliki muatan variable.
·      Mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Bakteri berkembang dengan baik pada pH 5.5 atau lebih, seperti bakteri pengikat nitrogen. Semakin tinggi pH umumnya aktivitas organisme 1anah akan lebih baik.

4.2.Kapasitas Tukar Kation (KTK)
            Kapasitas tukar bkation tanah dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. KTK diwujudkan sebagai banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah, yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gr tanah (me/100 gr). KTK menunjukkan jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah. KTK tiap koloid tanah berbeda-beda, dimana  humus (bahan organik) memiliki KTK yang paling tinggi, yaitu 100 -300 me/100 gr,  Montmorilonnit 80 -150 me/100 gr, Kaolinit 3 -15 me/100 gr; dan seskuioksida 0 - 3 me/100 gr. Tipe mineralKLEI 2:1 (montmorillonit, vermikulit, illit) memiliki KTK lebih besar dari tipe 1:1 ( kaolinit, haloisit). Pengetahuan tentang KTK merupakan syarat mutlak untuk mempelajan kesuburan dan kemasaman tanah, karena KTK memiliki hubungan yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah. Nilai KTK juga dipengaruhi oleh tingkat kemasaman, dimana pH naik maka KTK akan meningkat. Tanah dengan KTK tinggi mempunyai kemampuan menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari yang KTK rendah. Selain itu, unsur hara pada tanah KTK tinggi tidak mudah tercuci. Tanah bertekstur halus, memiliki KTK lebih besar, Jadi nilai KTK tanah dipengaruhi oleh: Kadar bahan organik, tekstur, jenis mineral KLEI, tingkat kemasaman.
Besarnya KTK biasanya dinyatakan dalam milliequivalents per 100 g tanah.                  1 equivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 g Hidrogen, 1 me = 1 mg Hidrogen
KTK 1 me/l00 g tanah, artinya tanah tersebut dapat menjerap 1 mg H setiap 100 g tanah.
Satuan milliequivalent (me) dapat dirubah menjadi satuan berat (misal fig) :
                   Bobot Equivalen (BE)          =     Bobot Atom (BA) : Valensi
                                             1 me H          =     1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
                                             1 me K          =     39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
                                           1 me Na          =    23 mg(beratatomNa=23,valensi 1)
                                            1 me Ca          =     40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
                                           1 me Mg          =     24/2 mg (berat atom Mg = 24, valensi 2)
                   Contoh arti perhitungan di atas :
                   Untuk menggantikan 1 me H diperlukan 20 mg Ca atau 39 mg K dll.
, demikian juga satuan me/l00 g dapat dirubah menjadi ppm :
                   contoh :
                   K = 7 me/l00 g                       =     7 x BE_K x (1,000,000: 100,000) ppm
                                                                  =     7 x 39 x 10 ppm        
                                                                  =     2,730 ppm
Kapasitas tukar kation tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
§  Jenis mineral KLEI atau koloid tanah

Seskuioksida                               0 - 3 me/l00g

Kaolinit                                            3 - 15 me/l00g
Haloisit 2H2O                                  5 - 10 me/l00g

Illit                                                  10 - 40 me/l00g

Chlorit                                              10 - 40 me/l00g
Haloisit 4H20                                   40 - 50 me/l00g

Montmorilonit                               80 - 150 me/l00g

Humus                                            100 - 300 me/l00
Adanya muatan tergantung pH pada tanah, maka dalam penetapan KTK di laboratorium harus didasarkan pada pH larutan yang telah ditentukan :
§  Bila tanah dicuci (diekstrak) dengan 1 N KCI (garam netral) pada pH tanah yang sebenarnya maka air cuciannya (Leachate) akan mengandung H+ dan A13+ yang disebut H+  dan Al3+ yang dapat ditukar (Exchangable). Disamping itu di dalam air  cucian tersebut juga mengandung kation-kation lain seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ dan lain-lain. Jumlah semua kation H+ + Al3++ Ca2+ +  Mg2+ + K+ + Na++ kation-kation lain yang terdapat dalam air cucian dengan 1 N KCI tersebut (dalam me/100g) disebut KTK Efektif Muatan yang menimbulkan efektif ini diperkirakan berasal daari muatan permanen dalam mineral KLEI sehingga sering disebut pula sebagai KTK tetap (Permanent CEC). Walaupun demikian karena mineral dalam tanah sering diselaputi oleh oksida-oksida Fe atau Al (terutama tanah-tanah didaerah tropika) sehingga besarnya muatan permanen yang sesungguhnya sudah tidak jelas lagi maka penggunaan istilah KTK efektif =  KTK tetap tidakiah begitu tepat (Sanchez, 1976). Pada Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1987), karena W dalam muatan tetap jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan AI, maka KTK efektif dihitung sebagai berikut :  KTK efektif  = Al dapat ditukar (ekstraksi dengan 1 N KCI) + jumlah basa dapat ditukar NH4OAc pH 7)
§  Menggunakan ekstraksi Barium Chlorida + Triethanolamine (BaCl2 - TEA) yang disangga pada pH 8.2.
-          Bila tanah yang telah diekstrak dengan 1 N KCI tersebut kemudian diekstrak lagi dengan BaCl2 - TEA pada pH 8.2 maka H+ yang berasal dari bukan muatan tetap akan terekstrak (disebut Extractable Acidity = EA). Hidrogen ini berasal dari gugusan OH dari ujung-ujung (patahan) kristal KLEI atau gugusan karboksil dari bahan organik yang akan berdisosiasi hila pH naik (Tisdale, Nelson, and Beaton, 1975). Banyaknya H+ yang terekstrak dengan BaCl2 - TEA pH 8,2 (dalam me/l00g) merupakan muatan atau KTK Tergantung pH dari tanah.
KTK Total Tanah  =  KTK Efektif + KTK tergantung pH.
Besarnya nilai KTK ekstraksi dengan NH4Oac pH7 terletak antara KTK efektif (1 N KCI) dan KTK total BaCl2 - TEA).
KTK Jumlah Kation (Soil Survey Staff, 1975) = jumlah basa dapat ditukar NH4OAc pH 7) + EA (BaCI2 - TEA pH 8,2).
Kapasitas tukar kation mei-upakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KTK rendah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
4.3. Pertukaran Anion
Kapasitas Tukar Anion (KT A) banyak ditemukan pada mineral KLEI amorf, dan KLEI Al serta Fe-oksida. KT A ditemukan pula pada kaolinit dalam jumlah yang lebih sedikit. KT A umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Muatan positif pada mineral KLEI silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan kristal atau akibat penggantian gugusan OH oleh anion-anion lain (Sanchez, 1976). Pada oksida-oksida Fe dan AI timbulnya muatan positif terutama akibat penggantian gugusan OH- oleh anion-anion lain. Mengingat koloid-koloid ini bermuatan positif maka terjadilah pertukaran anion. Secara umum, hila tanah banyak mengandung muatan positip maka :
§  Terjadi penjerapan anion seperti Nitrat (NO3-), Chlor (CI-) dan lain-lain.
§   Kation-kation seperti Ca, Mg dan K tidak dijerap tanah tetapi tetap dalam larutan tanah sehingga mudah tercuci dari tanah.
§  Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah, yang mengakibatkan ketersediaan P sangat rendah.
             Kejenuhan Basa
Kejenuhan menunjukan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Termasuk kation-kation basa adalah Ca++, Mg++, K+ dan Na+, sedangkan yang termasuk kation-kation asam adalah H+ dan AI+++.  Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.
                                                     Jumlah kation-kation basa




Kejenuhan Basa (KB)  =                                                                         x 100%   

                                                                                 KTK

                                                         Jumlah kation-kation basa




KB (NH4OAc)     =                                                                                    x 100%   

                                                                           KTK (NH4Oac)
                                                         Jumlah kation-kation basa




KB (Jumlah Kation)     =                                                                          x 100%   

                                                                        KTK (jumlah kation)

Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman, dan umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa yang tinggi menunjukan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian serta merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH tinggi umumnya mempunyai kejenuhan basa tinggi, sedangkan tanah-tanah dengan pH yang rendah mempunyai kejenuhan basa yang rendah.  Komplek jerapan pada tanah yang mempunyai pH rendah (tanah masam) lebih banyak terisi oleh kation-kation asam, yaitu AI+++ dan H+. Jumlah kation asam terlalu banyak, terutama Al+++, dapat meracuni tanaman. Kejenuhan Basa menunjukkan tingkat kemudahan basa-basa tersedia bagi tanaman. Tanah dengan nilai KB 50% akan lebih mudah menyediakan kation dibanding dengan KB 30%. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh sifat koloid tanah, yaitu tanah yang kaya bahan organik atau mineral KLEI 1:1 dapat menyediakan kation basa-basa kepada tanaman pada persen kejenuhan basa yang lebih kecil dari pada tanah-tanah yang kaya akan mineral KLEI 2:1.
Penilaian Data Analisa Sifat Kimia Tanah PPT, 1983)
Sifat Tanah
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

C (%)
< 1
1 - 2
2.01 - 3.00
3.01 – 5.00
> 5.00

N (%)
< 0.1
0.1 - 0.2
0.21 - 0.50
0.51 – 0.75
> 0.75

C/N
< 5
5 - 10
11 . 15
16 – 25
> 25

P2O5  HCl % (mg / 100 g)
< 10
10 – 2 0
21 - 40
41 – 60
> 60

P2O5   Bray I (ppm)
< 10
10 - 15
16 - 25
26 – 35
> 35

P2O5  Olsen (ppm)
< 10
10 - 25
26 - 45
46 – 60
> 60

K2O HCl 25 % (mg / 100 g)
< 10
10 - 20
21 - 40
41 – 60
> 60

KTK (me/100 g)
< 5
5 - 16
17 - 24
25 – 40
> 40

Komposisi Kation






- K (me / 100 g)
< 0.1
0.1 - 0.2
0.3 - 0.5
0.6 – 1.0
> 1.0

- Na (me / 100 g)
< 0.1
0.1 - 0.3
0.4 - 0.7
0.8 – 1.0
> 1.0

- Mg (me / 100 g)
< 0.4
0.4 - 1.0
1.1 - 2.0
2.1 – 8.0
> 8.0

- Ca (me / 100 g)
< 2
2 – 5
6 - 10
11 - 20
> 20

Kejenuhan Basa ( %)
< 20
20 – 35
36 – 50
51 – 70
> 70

Kejenuhan Aluminium (%)
< 10
10 – 20
21 – 30
31 – 60
> 60

Cadangan Mineral
< 5
5 – 10
11 – 20
21 – 40
> 40

Daya Hantar Listrik ECx 103 (mmhos/cm)
< 1
1 – 2
2 – 3
3 – 4
> 4

Reaksi Tanah
Sangat masam
Masam
Agam Masam
Netral
Agak Basa
Basa
PH H2O (1:1)
< 4.5
4.5 – 5.5
5.6 – 6.5
6.6 – 7.5
7.6 – 8.5
> 8.5


V. KLASIFlKASI T ANAH

            Tanah memiliki sifat dan ciri yang berbeda-beda perbedaan ini dapat dilihat dari warna, kelas tekstur serta faktor lainnya. Tindakan yang ditujukan mengelompokan tanah dengan memperhatikan perbedaan sifat dan ciri merupakan suatu tindakan klasifikasi. Klasifikasi tanah merupakan upaya untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat dan ciri yang dimilikinya. Tindakan ini sangat penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga peluang terjadinya salah pengelolaan dapat di kurangi sekecil mungkin.
Berdasarkan kegunaannya, klasifikasi tanah dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
§  Klasifikasi Alami
§  Klasifikasi Teknis.
Klasifikasi Alami merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia, mineralogi tanah.
Klasifikasi Teknis merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk kegunaan tertentu, contoh : Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Perkebunan / Sawah, dll.


KLASIFIKASI TANAH YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA
            Sistem klasifikasi tanah (sistem klasifikasi alami) yang ada di dunia sangat beragam, karena banyak negara mengembangkan sendiri sistem klasifikasi yang digunakan untuk negara itu sendiri. Di Indonesia sampai sekarang ini memiliki paling sedikit 3 sistem klasifikasi tanah yaitu  : 
§  Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah (Dudal & Soepraptohardjo, 1957/1961; PPT, 1981/1983)
§  Klasifikasi FAO/UNESCO (1970)
§  Klasifikasi USDA (Soil Survey Staff, 1975)

5.1. Klasifikasi tanah sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT).
        Sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor telah banyak dikenal dengan nama sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini mengemukakan bahwa untuk keperluan survei tanah Indonesia telah dikembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan konsep Baldwin (1938) serta konsep-konsep lain yang dikemukakan dalam “Soil Survey Manual” (USDA, 1951). Dasar-dasar klasifikasi tanah  dari sitem ini adalah :
-          Dasar kriteria untuk klasifikasi adalah sifat morfologis
-          Klasifikasi dilakukan pada tingkat katagori yang berbeda-beda
-          Satuan peta tanah dapat terdiri dari beberapa satuan tanah untuk peta berskala kecil.
-          Klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan kegunaannya untuk survey tanah.
-          Korelasi yang sistematik dan terus menerus merupakan kegiatan terpadu antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Sistim pusat penelitian tanah menggunakan 6 katagori yaitu :
-          Golongan (ordo)
-          Kumpulan (Subordo)
-          Jenis (Great group)
-          Macam (Subgroup)
-          Rupa (Family)
-            Seri          
          Pada katagori Ordo sistem Dudal-Soepraptohardjo membagi tanah atas dasar perkembangan profil yaitu : katagori “dengan perkembangan profil” dan “tanpa perkembangan profil”. Pada Subordo didasarkan atas susunan horison utama.

 

5.2. Sistim Klasifikasi FAO/UNESCO

Sistim ini dibuat oleh FAO/UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia. Sistim ini hanya mengembangkan dua kategori, yaitu tingkat great group dan subgroup. Pada tingkat yang leb1h tinggi atau rendah, tidak dikembangkan. Untuk pengklasifikasian digunakan horizon-horison penciri yang sebagian diambil dari Taksonomi Tanah USDA.. Contoh penamaan tanah sbb:

Great Group                             : Cambisol

Subgroup                                  : Humic Cambisol

                                                    (Cambisol yang banyak mengandung humus)

5.3.SISTIM KLASIFIKASI TAKSONOMI TANAH USDA
          Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah USDA merupakan sistim yang banyak dikenal di selumh dunia. Sistim ini bersumber pada Sistim 1938 yang mendasarkan pengelompokan seri tanah pada kategori yang lebih tinggi (Soil Survey Staff, 1975). Sistim 1938 telah dilakukan berbagai pembahan oleh Thorp dan Smith (1949) serta Riecken dan Smith (1949) pada Great group dan beberapa definisi yang telah ada, Berkembangnya pengetahuan tentang tanah mengakibatkan munculnya sifat-sifat tanah yang sebelumnya tidak diketahui, dan ketika seri tanah mengalami peningkatan dalam jumlah yang banyak maka Sistim 1938 mulai menunjukkan kelemahannya (Soil Survey Staff, 1975). Hal ini disebabkan oleh makin sulitnya memasukkan seri tanah ke dalam kategori yang lebih tinggi karena definisi dari famili tanah yang tidak jelas, sehingga ada seri tanah yang secara bersamaan dapat dimasukkan ke dalam kategori yang lebih tinggi (Birkeland, 1974), Kenyataan ini mendorong untuk dilakukan pengembangan suatu sistim klasifikasi tanah yang bersifat komprehensif yang dapat menampung segala pembahan karena adanya penemuan seri tanah yang barn. Pengembangan tersebut dipelopori oleh Guy D. Smith sejak tahun 1951 sampai terwujudnya konsep Taksonomi Tanah Tahun 1972 setelah melalui tujuh pendekatan serta suplemen-suplemennya, yang kemudian dibakukan sebagai Handbook No, 436 Tahun 1975 (Soil Survey Staff, 1975). Di daerah tropika, Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah dilakukan beberapa pengujian lebih lanjut. Perubahan dan penyempurnaan dari beberapa definisi taksa dilakukan. Selanjutnya seiring dengan penemuan bukti-bukti yang barn, dilakukan pengembangan penelitian terhadap Suborder Andept untuk dinaikkan kategorinya menjadi Order, yang pada akhirnya dapat ditetapkan mulai Tahun 1990. Sejak tahun tersebut pada Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah terdapat 11 Order. Pengklasifikasian tanah menurut sitim taksonomi tanah secara detil dapat dilihat pada Keys to Soil Taxonomy dari Soil Survey Staff (1994), yang merupakan pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa kunci dari pengklasifikasian tanah, antara lain adalah deskripsi dari horison dan batasan dari masing-masing order serta kelas di bawahnya. Berikut disampaikan ringkasan dari horison-horison penciri dan klasifikasi tanahnya:

RINGKASAN HORISON PENCIRI UNTUK TANAH MINERAL DAN TANAH ORGANIK
            Untuk keperluan klasifikasi tanah, selain penggolongan horison tanah ke dalam horizon A, B, C daD sebagainya, perlu diidentifikasi horizon penciri baik berupa epipedon, horizon bawah (Subsurface), maupun sifat-sifat penciri lain.

B.   EPIPEDON
Epipedon adalah horizon permukaan tetapi tidak sinonim dengan horizon A, mungkin lebih tipis dari horizon A, tetapi mungkin pula meliputi horizon B. Berikut ringkasan dari masing-masing epipedon :
Epipedon Histic         : Horison permukaan yang mengandung bahan organik tinggi ( > 20%).
Epipedon Mollic    :Mengandung bahan organik > 1 %, warDa lembab dengan value kurang dari 3.5, ketebalan 18 cm, kejenuhan basa ~ 50 %

Epipedon Umbric     : Seperti Epipedon Mollic, tetapi kejenuhan basanya < 50 %

Epipedon Anthropic : Seperti Epipedon Mollic, tetapi mengandung > 250 ppm P205 

                                      larut dalam asam sitrat.

Epipedon Ochric         : Horizon berwarna terang (Value lembab lebih dari 3.5), bahan

                                     organik kurang dari  1 % atau keras - sangat keras dan masif.

Epipedon Plaggen       : Tebal ³ 50 cm, hitam, terbentuk karena permukaan organik (pupuk
                                         kandang) yang terns menerus.
Horison lain yang ditemukan di permukaan sebagai penciri klasifikasi tanah adalah :
Horizon Arenic
-          Horison yang mengandung pasir deng(Jn ketebalar60 cm dan terletak di alas horison Argillic.
Horizon Glossarenic
-          Seperti Horison Arenic, tetapi tebalnya lebih dari 100 cm

HORISON BAWAH PENCIRI:
Horizon Agric    : Horison di bawah lapisan olah, terdspst akumulasi debu, KLEI,dan humus
Horizon Albic     : Horison berwama pucat (horizon A2), wama dengan value lembab > 5
Horizon Argillic : Horison penimbunan KLEI, merupakan horison B yang minimum
                               mengandung KLEI 1.2 kali di horison lebih banyak dari pada KLEI atasnya.
                               Terdapat selapur KLEI, ketebalan maksimum 30 cm.
Horizon Calsic   : Ketebalan ~ 15 cm atau lebih, mengandung karbonat (CaCO3 atau MgCO3)
                               sekunder  yang tinggi.

Horizon Cambic: lndikasi lemah adanya Argillic atau Spodic, tetapi tidak memenuhi

                            syarat untuk kedua horison tersebut.

Horizon Gypsic
-          Horison yang banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Horizon Kandic
-          Seperti Argillic tetapi, ketebalan maksimum 30 cm. KTK (Na4OAc) < 16 me/100g KLEI, daD KTK efektif (jumlah basa-basa + Aldd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Natric
-          Horison Argillic yang banyak mengandung Na.
Horizon Oxic
-          Ketebalan ³ 30 cm, KTK (Na4OAc) < 16 me/100g KLEI, dan KTK efektif (jumlah basa-basa + AIdd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Petrocalsic
-          Horison Calsic yang mengeras.
Horizon Petrogypsic
-          Horison Gypsic yang mengeras

Horison Salic

-          Ketebalan  ³ 15 cm atau lebih, banyak mengandung garam-garam sekunder yang mudah larut.
Horizon Sombric
-          Horison berwarna gelap, sifat-sifat seperti Epipedon Umbric, terjadi iluviasi humus tanpa Al dan tidak terletak di bawah Horizon Albic.
Horizon Spodic
-          Horison iluviasi (timbunan) seskuioksida bebas dan bahan organik.
Horizon Sulfuric
-          Horison yang banyak mengandung sulfat masam (Cat Day), pH < 3,5.
-          Terdapat karatan terdiri dari jarosit.

HORISON PENCIRI UNTUK TANAH ORGANIK
Bahan Fibric
-          Kandungan bahan organik kasar (fibrik) lebih dari 2/3.
Bahan Hemic
-          Kandungan bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 - 2/3.
Bahan Sapric
-          Kandungan bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Bahan Humlluvic
-          Iluviasi humus setelah lama untuk bercocok tanam (pada tanah organik).
Bahan Limnic
-          Endapan organik atau anorganik dari mahluk hidup di air.
PENCIRI KHUSUS
Konkresi
-          Senyawa tertentu yang mengeras, berlapis konsentris (memusat). Bahan yang disementasikan misalnya : kapur, besi, mangan, dan silikat.

Padas (Pan)
-          Horison atau lapisan yang sangat memadat. Pemadatan oleh besi, kapur, KLEI, debu (bentukan genetis atau karena tekanan/berat)
Orterde
-          Penimbunan besi dan bahan organik tanpa sementasi.
Ortstein
-          Penimbunan besi dan bahan organik dengan sementasi.
Fragipan
-          Lapisan tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi. Tampak memadas hila kering, tetapi mudah pecah hila lembab.
Duripan
-          Lapisan tanah yang teguh, tidak tembus air dan akar.
Padas KLEI (Clay Pan)
-          Lapisan atau horison yang padat, kaya KLEI, batas dengan horison di atasnya jelas.
Krotovinas
-          Corak yang berbentuk pipa tak teratur dalam suatu horison, terbentuk dari bahan yang berasal horison yang lain.

Plinthite

-          Bahan KLEI lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya sebagai karatan-karatan merah diatas dasar kelabu atau dasar merah dengan karat an kelabu atau putih, berbentuk "poligonal" atau beralih "irreversible" ke konkresi dalam keadaan basah dan kering berulang-ulang ; batas-batas ke atas dan ke bawah baur atau berangsur- angsur.

Slickenside

-          Permukaan-permukaan licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah satu dan lainnya saling menggesek/menggeser.
Selaput KLEI (Clay Skin)
-          Selaput KLEI aluminium silikat, biasanya terdapat di bidang-bidang belahan struktur atau dalam pori-pori dan terletak sejajar dengan bidang-bidang belahan struktur. Selaput KLEI ini mengandung atau tidak mengandung bahan organik dalam jumlah nyata mengeras hila kering. Bagian lapisan yang mengeras berwarna merah, biasanya mengandung karatan kilning, abu-abu atau putih.

Kontak Lithic
-          Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu.
Kontak Paralitik
-          Batas tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan padu.
REGIM TEMPERATUR (Untuk Kedalaman Tanah  ±  50 cm)

Pargilic

-          Suhu tanah rata-rata tahunan kurang dari 0°C (Permafrost)

Cryic

-          Suhu tanah rata-rata tahunan antara 0° C 8o C, suhu musim panas rata-rata kurang dari 15°C.

Frigid

-          Suhu tanah rata-rata tahunan O°C - SaC, pada musim panas suhu rata-rata lebih panas , dari Cryic (lebih dari 15°C).

Mesic

-          Suhu tanah rata-rata tahunan 8°C - 15°C.

Thermic

-          Suhu tanah rata-rata tahunan 15°C - 22°C.

Hyperthermic

-          Suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 22°C.
Iso (Frigid, Mesic, Thermic, Hypertermic)
-          Perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C. Suhu tanah rata-rata tahunan = Frigid, Mesic, Thermic, Hyperthermic.

Tropic

-          Mempunyai sifat Iso dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 8°C (Isomesic atau lebih panas)

REGIM KELEMBABAN (Untuk Kedalaman antara 10 - 90 cm)
Aquic
-          Tanah sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi. Ditunjukkan oleh adanya karat an dengan warna khroma rendah.
Aridic atau Torric
-          Kering lebih dari 6 bulan (bila tanah tidak pemah beku). Tidak pernah lembab 90 hari berturut-turut atau lebih setiap tahun.
Perudic : Curah hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi.
Udic :Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif) setiap tahun.
Ustic :Tanah setiap tahun kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric :Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (Non Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45 hari berturut-turut di musim panas, lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin.

TATA NAMA
Salah satu hal yang barn dalam sistem Taksonomi Tanah adalah penggunaan tata nama. Nama-nama tanah selalu mempunyai arti, yang umumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut :
§  Pada Kategori Order nama tanah selalu diberi akhiran Sol (Solum = tanah), sedang suku kata sebelumnya menunjukan, sifat utama tanah dari tanah tersebut. Pada kategori yang lebih rendah dart order akhiran Sol tidak digunakan lagi, sebagai gantinya untuk menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke kategori rendah digunakan akhiran yang merupakan singkatan dari nama masing-masing order tersebut.
§  Nama-nama pada kategori Suborder terdiri dari dua suku kata sedangkan Greatgroup terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat-sifat utama dari tanah tersebut. Suku kata terakhir menunjukan nama dari Order tanah.
§  Nama Subgroup digunakan dua patah kata di mana kata ke dua merupakan nama Great group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari Subgroup tersebut.
§  Pada tingkat Family, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan susunan besar butir, susunan mineralKLEI, regim suhu tanah, atau sifat- sifat lain yang spesifik dan mempengarnhi pertumbuhan tanaman.
§  Pada tingkat Seri, tanah diberi nama menurnt nama tempat dimana tanah tersebut pertama kali ditemukan.
Contoh :
Order                 : Ultisol (ultus = akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir)
Suborder           : Udult (udus = humida, lembab, tidak pemah kering)
Great group       : Tropudult (tropikos = daerah tropis, terus menerus panas dengan sifat iso)
Subgroup           : Aquic Tropudult (Aquic = air, kadang-kadang berair)
Famili                : Aquic Tropudult, berKLEI halus, kaolinitik, isohipertermik
                            Kaolinitik = mineralKLEI yang dominan adalah kaolinit
                            Isohipertermik = suhu tanah lebih dari 22°C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C).
Seri                    : Granada (pertama kali ditemukan di daerah Granada)


Tabel : Arti Nama-nama Tanah dalam Tingkat Order dan Akhiran untuk Kategori yang Lebih Rendah
Nama Order
Akhir Untuk Kategori Lain
Arti Asal Kata
ALFISOL
ALF
Dari Al – Fe
ANDISOL
AND
Ando, tanah hitam
ARIDISOL
ID
Aridus, sangat kering
ENTISOL
ENT
Dari Recent
GELISOL
EL
Gelare, membeku
HISTOSOL
IST
Histos, Jaringan
INCEPTISOL
EPT
Inceptum, Permulaan
MOLLISOL
OLL
Mollis, lunak
OXISOL
OX
Oxide, oksida
SPODOSOL
OD
Spodos, abu
ULTISOL
ULT
Ultimus, akhir
VERTISOL
ERT
Verto, berubah

. SIFAT - SIFAT TANAH DALAM TINGKAT ORDER TAKSONOMI TANAH
Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah mengelompokan tanah ke dalam 11 order. Ringkasan dan penjelasan dari masing-masing order disampaikan sebagai berikut :
Tabel : Order Tanah dan Penciri Utama menurut Sistim Taksonomi Tanah.
Order
Penciri Utama
Horison Penciri
Sifat-Sifat Penciri Lain
Alfisol
Horison Argilik
Kejenuhan basa tinggi (³ 35%)
Andisol
-
Mempunyai sifat Andik pada seluruh lapisan
Aridisol
-
Tanah di daerah iklim arid (sangat kering)
Entisol
Hanya ada epipedon Ocric, Albic atau Histic
-
Gelisol
-
Mempunyai sifat Gelik (membeku setiap tahun.
Histosol
Epipedon Histik tebalnya ³ 40 cm
-
Inceptisol
Horison Kambik
-
Mollisol
Epipedon Molik
Kejenuhan basa seluruh solum > 50 %
Oxisol
Horison Oksik
-
Spodosol
Horison Spodik
-
Ultisol
Horison Argilik
Kejenuhan basa rendah ( < 35 %)
Vertisol
-
Sifat vertik *), lebih dari 30 % KLEI
Keterangan  :
*) Musim kering mengkerut, tanpa pecah-pecah, musim hujan mengembang tanah sangat lekat.
Keterangan lebih lanjut dari masing-masing order tanah tersebut adalah sebagai berikur :
Alfisol
-          Tanah-tanah yang terdapat penimbunan KLEI di horison bawah ( Horison Argilik ) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi  ³ 35 %) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
-          KLEI yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air.
-          Tanah ini dulu dikelompokan pada Tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang- kadang juga Podzolik Merah Kuning.


Andisol
-          Tanah yang mempunyai sifat-sifat Andik dalam suatu/ seluruh subhorison, baik itu berupa timbunan (Burried) maupun bukan timbunan, yang berketebalan 35 cm di dalam 60 cm dari permukaan tanah atau dari batas lapisan organik yang bertemu dengan lapisan yang mempunyai sifat-sifat andik.
-          Tanah ini dulu disebut Andosol atau Suborder Andept.

Aridisol

-          Tanah-tanah yang mempunyai kelembaban tanah Arid (sangat kering). Mempunyai Epipedon Okrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain.
-          Dulu disebut Desert Soils.
Gelisol
-    Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.

Entisol

-          Tanah yang masih sangat muda, yaitu barn tingkat permulaan dalam perkembangan.
-          Tidak ada horizon penciri lain kecuali Epipedon Okrik, Albik, atau Histik (ENT - Recent = baru).
-          Tanah-tanah yang dulu termasuk kelompok ini adalah Tanah Aluvial, Regosol.

Histosol

-          Tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 % (tekstur pasir), atau lebih dari 30 % (tekstur KLEI).
-          Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya: 40 cm. (Histos = Jaringan).
-          Tanah ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik, atau Organosol.

Inceptisol

-          Merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol (Inceptum = Permulaan).
-          Umumnya mempunyai Horison Kambik.
-          Umumnya tanah ini cukup subur, karena belum berkembang lanjut.
-          Tanah ini dulu termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Latosol, Gleihumus, dan lain-lain.

Mollisol

-          Tanah yang mempunyai Epipedon Molik dengan tebal lebih dari 18 cm yang  berwarna hitam (gelap)
-          Kandungan bahan organik .> 1 %,  kejenuhan basa > 50 %. Agregasi tanah baik sehingga tanah tidak keras bila kering (Mollisol = lunak).
-          Tanah ini dulu disebut Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.

Oksisol

-          Tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan KLEI tinggi tetapi tidak aktif sehigga kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 g KLEI).
-          Kandungan oksida besi atau oksida Al tinggi.
-          Di lapang tanah ini menunjukan batas-batas horison yang tidak jelas.
-          Tanah ini dulu disebut tanah Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan), Lateritik, atau juga Podzolik Merah Kuning.

Spodosol

-          Tanah yang di lapisan bawah mempunyai penimbunan Fe dan Al serta humus (Horizon Spodik), sedangkan di lapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (Albik).
-          Tanah ini dulu disebut tanah Podzol.

Ultisol

-          Tanah-tanah dimana terjadi penimbunan KLEI dihorison bawah (Horison Argilik), bersifat masam, kejenuhan basa < 35 %.
-          Tanah ini dulu disebut tanah Podsolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia, kadang-kadang Latosol dan Hidromorf Kelabu masuk dalam kelompok tanah ini

Vertisol

-          Tanah dengan kandungan KLEI tinggi (> 30 %) di seluruh horison dan mempunyai sifat mengembang serta mengkerut. Pada saat kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras, sedangkan pada saat basah mengembang dan lengket.
-          Tanah ini dulu disebut Grumusol atau Margalit.




5.4.PADANAN NAMA TANAH PADA BEBERAPA SISTIM KLASIFIKASI
Mempertimbangkan sampai saat ini masih banyak penggunaan nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi, maka bersama ini disampaikan padanan nama-nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi :
Tabe1 : Penyederhanaan Padanan Nama Tanah pada Beberapa Sistim Klasifikasi                            (Hardjowigeno, 1995)
Dudal – Soeprapto Harjo
(1957 ,1961)
Modifikasi PPT
(1978 / 1981)
FAO – UNESCO
(1970)
USDA Soil
Taxonomi (1975)
1. Organosol
Organosol
Histosol
Histosol
2. Litosol
-          Litosol
-          Ranker
-          Litosol
-          Ranker
-          Entisol
-          Litic Sub group
3. Tanah Aluvial
Tanah Aluvial
Fluvisol
-          Entisol
-          Inceptisol
4. Regosol
Regosol
Regosol
Entisol
5. Renzina
Renzina
Renzina
Rendoll
6. Grumusol
Grumusol
Vertisol
Vertisol
7. Andosol
Andosol
Andosol
Inceptisol
8. Podsolik Coklat
Kambisol
Cambisol
Cambisol
9. Podsolik Coklat Kekelabuan
Podsolik
Acrisol
Ultisol
10. Brown Forest Soil
Kambisol
Cambisol
Inceptisol
11. Latosol
-          Kambisol
-          Latosol
-          Lateritik
-          Canbisol
-          Nitosol
-          Ferralosol
-          Inceptisol
-          Ultisol
-          Oxisol
12. Podsolik Merah Kuning

-          Podsolik

-          Acrisol

-          Ultisol

13. Mediteran
Mediteran
Luvisol
-          Alfisol
-          Inceptisol
14. Podsol
Podsol
Podsol
Spodosol
15. Glei Humus
Gleisol Humik
Gleisol
Aquept
16. Glei Humus Rendah
Gleisol
Gleisol
Aquept
17. Hidromorf Kelabu
Podsolik Gleiik
Acrisol  Gleic

18. Aluvial Hidromorf
Gleisol Hidrik
Flufisol
Hidraquent
19. Planosol
Planosol
Planosol
Aqualf






VI. HUBUNGAN TANAH DAN TANAMAN

Tanaman dan tanah memiliki hubungan yang sangat dekat, karena segal a kebutuhan tanaman sebagian besar diambil dari tanah. Meskipun juga diketahul bahwa pada saat ini ada teknologi hidroponik dimana kebutuhan hara tanaman diambil dari media cairan tanpa tanah, serta juga adanya pemupukan melalui daun yang artinya langsung diserap tanaman tanpa melalui tanah'. Akan tetapi dalam usaha tani skala luas, faktor tanah adalah masih merupakan faktor mutlak yang harus disediakan karena merupakan media tumbuh dan berkembang tanaman. Tanah adalah merupakan gudang hara bagi tanaman. Dalam hal ini, segala aktivitas yang te~adi dalam tanah akan secara langsung mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atasnya, Karenanya pengetahuan tentang hubungan tanah dan tanaman adalah sangat penting sehingga bisa memahami bagaimana proses penyediaan unsur hara oleh tanah dan penyerapan hara oleh tanaman dsb.
6.1. Unsur Hara Essensial
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya dibagi menjadi unsur makro dan mikro.
Unsur makro                 : C, H, 0, N, P, K, Ca,Mg, S
Unsur Mikro                 : Fe, Mn, B, In, Cu, Mo, CI, Co
Tidak semua unsur ini dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung jenis tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O). Unsur lainnya diserap melalui tanah. Bentuk unsur yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara
Bentuk Diserap Tanaman
Nitrogen
NH4 +, NO2-, NO3-
Fosfor
H4PO4- , HPO4 -2
Kalium
K+
Magnesium
Mg 2+
Kalsium
Ca 2+
Boron
BO3 3-
Tembaga
Cu+ ,  Cu +2
Seng
Zn +2
Besi
Fe +2 , Fe +3
Belerang
SO3-2 , SO4 -2
Klor
Cl-
Mangan
Mn+2 , Mn +4
Molibdenum
MoO4-2

6.2. Pergerakan Unsur hara
Suatu unsur hara dapat diserap {absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus terdapat pada permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar, (2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
§  Intersepsi Akar
Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya terjadi proses pertukaran ion. Ion-ion yang terdapat pad a permukaan akar bertukaran dengan ion-ion pad a permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung dari permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui cara intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam daerah perakaran. Hampir semua unsur hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca, Mg, Mn, dan Zn.
§  Aliran Masa
Air mengalirke arah akar atau melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi mengalir dari daerah sekitarnya akibat transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah. Gerakan air ini dapat secara horinsontal maupun vertical. Air tanah yang mengalir ini mengandung ion unsur hara. Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tsb atau disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Penyerapan melalui aliran masaa dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air yang ditanspirasikan (3) volume air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan berkontak dengan akar. Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, In, Cu, B, Fe. Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.
§  Difusi
Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P dan K diserap tanaman terutama melalui difusi.