I. PENDAHULUAN
Secara
umum Tanah (Soil) berbeda dengan lahan (Land) hal ini disebabkan karena lahan
meliputi tanah beserta faktor-faktor lingkungannya seperti lereng, hidrologi,
iklim serta faktor lainnya. Tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman terutama dalam mempelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman dikenal dengan istilah edaphologi.
Manusia
yang hidup dipermukaan bumi amat tergantung kepada tanah. Pada kontek tanah
sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, baik buruknya tanah ditentukan oleh
sampai sejauh mana manusia tersebut cukup terampil mengelolanya, bukan justru
sebaliknya terjadi kerusakan-kerusakan terhadap tanah tersebut. Pada bidang
pertanian (perkebunan) tanah diartikan lebih khusus sebagai media tumbuhnya
tanaman sehingga mampu menghasilkan produksi sesuai yang di harapkan.
Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah membahas tentang pengertian tanah
dari berbagai sudut pandang dan pengertian tanah dari sudut Ilmu Tanah. Untuk
mempelajari tanah perlu diketahui komponen-komponen utama penyusun tanah yaitu
fabe padat, fase cair dan fase gas baik komposisi maupun sifat-sifatnya. Selanjutnya
dipelajari pula interaksi antar ke 3 fase tersebut dalam suatu sistem yang
disebut dengan system dispers. Tanah berasal dari batuan, batuan untuk menjadi
tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti bahan induk,
iklim, jasad hidup, topografi, dan waktu. Dalam
hal ini dipelajari pula peran faktor-faktor tersebut terhadap pelapukan
batuan yang terdiri atas pelapukan fisik dan kimia, proses pedogenesis
(translokasi dan transformasi), morfologi dan profil tanah, horison-horison
diagnostik tanah dan sifat-sifatnya. Setelah terbentuk tubuh tanah selanjutnya
dipelajari sifat-sifat fisik tanah yang meliputi : tekstur, konsistensi,
struktur, kadar lengas tanah, dan warna tanah; sifat kimia tanah : muatan
tanah, koloid tanah, mineral lempung dan sifat-sifatnya, pertukaran ion (KPK
dan KPA), kejenuhan basa, reduksi-oksidasi,
pH tanah, sifat biologi tanah : organisme
tanah dan bahan organic tanah.
Jenis tanah di Indonesia sangat beragam, untuk mengetahui
jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia perlu dipelajari juga tentang klasifikasi
tanah; jenis-jenis tanah di Indonesia (tanah mineral dan tanah organic), pembentukan,
distribusi, sifat dan kesuburannya serta kesesuaian lahan untuk peruntukan
tertentu.
Agar penggunaan tanah sebagai media tanam dapat digunakan secara
berkelanjutan maka dalam Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu tanah juga dipelajari
konservasi tanah maupun land-use.
Setelah mendapat kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah diharapkan mahasiswa
dapat mengenal tanah baik asalnya, pembentukannya, sifatnya dan penggolongannya
sehingga dapat mengelolannya sebagai bagian dari lahan pertanian secara
berkelanjutan.
A. PENGERTIAN TANAH
Dalam mempelajari
tanah kita harus menyamakan persepsi apa yang dimaksud dengan tanah. Ada
beberapa definisi tanah antara lain menurut :
1. HILGARD & DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI) :
Tanah sebagai tubuh alam bebas dan dinamis
yang memperoleh sifat-sifatnya sesuai dengan gaya-gaya alamiah yang
mengenainya. Gaya-gaya tersebut meru-pakan faktor-faktor pembentuk tanah yang
mencakup : IKLIM, VEGETASI, BAHAN INDUK, TOPOGRAFI DAN WAKTU.
2. J.J. BERZELIUS (PAKAR KIMIA) :
Tanah sebagai laboratorium kimia di alam
yang didalamnya berlangsung proses-proses dekomposisi dan sintesis kimia secara
tenang.
3. PAKAR GEOLOG
Tanah merupakan bahan alam yang rapuh yang
menempati permukaan bumi
4. PAKAR TEKNIK SIPIL
Tanah merupakan bahan yang menjadi landasan bangunan
gedung-gedung, jalan raya dan landasan lapangan terbang.
5. PAKAR EDAFOLOGI
Tanah sebagai tubuh alam yang bersifat rapuh
menempati permukaan bumi, me- ngandung unsur-unsur hara, sehingga tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh di atas-nya.
6. PAKAR AGRONOMI
Tanah adalah medium pertumbuhan
ber-macam-macam tanaman yang diusahakan baik untuk perkebunan maupun pertanian
7. Jooffe dan Marbut dalam Foth and Turk
(1972)
Tanah merupakan tubuh alami (natural body)
yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alami
(natural force) terhadap bahan-bahan alam (natural material) di permukaan bumi.
Tubuh alam ini dapat terdifferensiasi membentuk horizon-horison mineral maupun
organic yang kedalamannya beragam dan memiliki karakteristik yang berbeda dengan
bahan induk di bawahnya. Definisi ini sama dengan yang dikemukakan oleh HILGARD
& DOKUCHAEV ( PAKAR PEDOLOGI).
Perbedaan
ini terutama dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat fisik dan aktivitas
biologinya. Secara ringkas dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada
tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.
Tanah
terbentuk dan berkembang melalui proses-proses alami.
b.
Adanya
differensiasi profil tanah membentuk horizon-horison.
c.
Terdapat
perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-horison
tanah yang terbentuk terutama dalam hal morfologi, kimia, fisik dan biologi.
8. Schoeder (1972)
Tanah
merupakan suatu system 3 fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral
dan organik serta jasad hidup yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan
terhadap permukaan bumi dan kurun waktu
membentuk berbagai macam perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas
sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.
Gambar 1. Tanah secara
aktual
Di
dalam mempelajari tanah definisi inilah yang dipergunakan bahwa tanah terdiri
dari 3 fase yaitu (1) fase padat yang terdiri dari bahan mineral (anorganik)
dan bahan organic, (2) fase cair dan (3) fase gas.
Satuan
terkecil dari suatu tubuh tanah disebut dengan pedon, luas suatu pedon berkisar
antara 1 – 10 m2 tergantung keragaman sifat yang ada di dalam tanah.
Luas tersebut terlalu kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengelompokan tanah untuk kegunaan klasifikasi dan pemetaan tanah. Dasar
pengelompokan tanah di lapang di dasarkan pada kumpulan pedon-pedon (polypedon)
yang mempunyai sifat-sifat yang sama dari suatu tanah.
B. SUSUNAN UTAMA TANAH
Seperti yang dikatakan oleh Schoeder (1972) bahwa tanah secara umum
dapat dikatakan sebagai sistem 3 fase yang selalu dalam keadaan keseimbangan
dinamis. Dikatakan sebagai sistem 3 fase karena tanah terdiri dari 3 bahan yang
berbeda bentuknya yaitu (1) fase padat yaitu
bahan yang berupa padatan tanah (Soil matrix), (2) fase cair berupa bahan
cairan (larutan tanah) dan (3) fase gas berupa bahan gas (udara tanah).
Proporsi ketiga fase tersebut dalam keseimbangan dinamis dalam arti ketiga fase
tersebut berubah-ubah namun masih dalam kondisi keseimbangan seperti pada
gambar berikut :
Gambar 2. Komponen
Penyusun Tanah
1. FASE
PADAT:
a. BAHAN ANORGANIK (MINERAL)
Bahan ini merupakan kerangka
tanah. Bahan ini berasal dari mineral hasil pelapukan bahan induk (biasa
disebut sebagai mineral primer)
b. BAHAN ORGANIK
Bahan organik tanah terdiri dari
sisa-sisa tumbuhan maupun hewan yang berada di dalam tanah. Bahan organik ini
termasuk dalam fase padat karena berbentuk koloid. Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa makhluk hidup yang sebagian telah mengalami
pelapukan. Peranan bahan organik tanah sangat penting, merupakan perekat
butiran lepas, dan sumber utama nitrogen, fosfor, dan belerang. Bahan organik
akan mempengaruhi sifat fisik tanah, misalnya memantapkan agregat tanah dsb.
Bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menyediakan air
bagi tanaman, meningkatkan KTK tanah, meningkatkan aktivitas mikro organisme
tanah. Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikro organisme. Bahan
organik merupakan komponen yang sangat penting dalam menyediakan nutrisi
terutama Nitrogen serta merupakan komponen yang memberikan kontribusi pada
peningkatan kandungan koloid organik. Peranan lain dari bahan organik adalah
memperbaiki sifat fisik tanah serta meningkatkan kapasitas penyimpanan dan
pelepasan nutrisi.
Gambar 3. Organic matter is soil gold !
Fase padat terdiri atas PARTIKEL
TANAH yang merupakan butir-butir bahan yang menyusun tanah dalam berbagai
ukuran yang disebut FRAKSI.
FRAKSI TANAH adalah Sekelompok
partikel-partikel tanah yang mempunyai kisaran ukuran sama, dibagi menjadi 3
macam : (1). Fraksi pasir, (2) Fraksi debu dan (3). Fraksi lempung
Gambar
4. Illustrasi ukuran partikel-partikel penyusun tanah
Gambar
5. Klasifikasi ukuran partikel (butir-butir) tanah
2. FASE
CAIR
Air dalam tanah menempati ruangan
pori-pori tanah, yang umumnya pada pori sedang dan mikro (kapiler). Air tanah
pada pori besar (pori drainse) akan mengalir mengikuti gaya gravitasi atau
dibuang (drainase). Air yang ditahan dalam pori sedang akan diisap oleh
tanaman. Sedangkan air pada pori kapiler yang halus yang menyelimuti partikel
tanah, pada batas-batas tertentu sudah tidak bisa lagi diisap oleh tanaman. Hal
ini berkaitan dengan daya tarik antara partikel tanah dan air yang sangat kuat,
dibanding dengan kemampuan tanaman menyerap air. Jadi tidak semua air dalam
tanah dapat diserap oleh tanamanTanah terdiri dari empat komponen utama yaitu
bahan mineral, bahan organik kedua bahan ini dapat dikatagorikan sebagai bahan
padatan, udara dan air tanah.
3. FASE
GAS
Udara tanah menempati ruangan
yang sama dengan air tanah. Pori yang tidak tersisi air, maka akan ditempati
oleh udara. Komposisi antara udara dan air ini yang menentukan tingkat aerasi
tanah apakah tergolong baik atau buruk. Jadi kadar udara dalam tanah
dipengaruhi oleh hubungan tanah dan air. Pada tanah tergenang hampir seluruh
pori diisi air, dan seballKnya pada daerah kering hampir seluruh pori ditempati
oleh udara. Susunan udara tanah berbeda dengan udara di atmosfer. Udara tanah
mengandung CO2 lebih tinggi, O2 lebih rendah, dan uap air
lebih tinggi dibanding udara atmosfer. Hal tsb disebabkan karena ruang pori
tanah bersifat tidak kontinyu artinya pori tanah sering tidak berhubungan satu
sama lain, dan kegiatan organisme dalam dekomposisi bahan organik, serta pemafasan akar tanaman
yang menyerap O2 dan melepaskan CO2.
SISTEM
DISPERS
Fase padat, cair dan gas dalam satu kesatuan biasanya disebut sebagai satu system yaitu sistem dispers.
• Didalam sistem dispers ini fase cair mengelilingi/menyelimuti fase padat sebagai lapisan yang tipis, dengan adanya gaya tarik menarik antara partikel tanah dengan air (H2O), dimana semakin dekat letak lapisan air dengan permukaan partikel tanah ikatan antara keduanya semakin kuat dan sebaliknya semakin jauh letak lapisan air dengan permukaan partikel tanah maka ikatan antara keduanya semakin lemah.
• Fase gas menempati ruang pori yang kosong, secara bebas, karena udara tidak dapat berikatan dengan partikel tanah maupun air, gas selalu menempati ruang-ruang yg kosong.
• Sedangkan fase padat mendominasi dalam sistem tersebut.
II. PROSES PEMBENTUKAN TANAH
Tanah mineral yang
terbentuk dipermukaan bumi secara langsung maupun tidak langsung, berkembang
dari bahan mineral batu-batuan. Tanah terbentuk melalui proses pelapukan baik
secara fisik maupun kimia dibantu oleh pengaruh kondisi atmosfer. Batuan induk
akan terdisintegrasi dan terdekomposisi menghasilkan bahan induk yang lepas-lepas
selanjutnya dibawah pengaruh proses-proses pedogenik berkembang menjadi tanah.
Batuan
induk Bahan
induk Profil tanah
Pelapukan
Genesa
Tanah
2.1 Faktor
Pembentuk Tanah
HANS JENNY MEMFORMULASIKAN FAKTOR-FAKTOR
PEMBENTUKAN TANAH SBB :
S = F (C, O, P, R, T,)
S = SOIL = TANAH
C = CLIMATE = IKLIM
O = ORGANISM = MAKHLUK HIDUP
P = PARENT MATERIAL = BAHAN INDUK
R = RELIEF = TIMBULAN = TOPOGRAFI
T = TIME = WAKTU
Kelima faktor ini bekerja secara
berinteraksi sesamanya, tidak sendiri-sendiri. Batuan/bahan induk harus
mengalami proses penghancuran (pelapukan) oleh iklim dan organisme (vegetasi)
pada tempat (topografi) dan dalam waktu tertentu (t), yang selanjutnya
menghasilkan tanah. Dengan demikian terlihat bahwa semakin banyak variasi
faktor pembentuk tanah maka makin banyak jenis tanah yang dijumpai. Dan juga
sifat dan ciri tanah akan tergantung dari kualitas faktor pembentuknya.
a. Bahan
(Batuan) Induk
Batuan induk merupakan bahan baku
dalam proses pembentukan tanah. Secara pedologis bahan induk dapat
dikatagorikan menjadi bahan induk batuan (anorganik) dan bahan induk organik.
Tanah mineral berasal dari bahan induk batuan, sedangkan tanah gambut berasal
dari bahan induk organik. Batuan yag tersusun dari berbagai mineral primer
dengan sifat dan komposisi tertentu dalam proses pelapukan akan membebaskan
berbagai unsur hara. Sifat-sifat batuan induk atau bahan induk organik akan
sangat menentukan sifat dari tanah.
Keberadaan mineral-mineral di
dalam tanah tergantung pada tingkat kestabilannya (Wilding, Smeck, and Hall,
1983), yang dipengaruhi oleh : (a) perbedaan unsur-unsur penyusunnya, (b)
perbedaan lingkungan hancuran iklim, dan (c) ukuran dan mineral tersebut. Setiap mineral
mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan
terhadap tanah-tanah yang terbentuk. Batuan basa mengandung banyak unsur hara
(mineral) yang bersifat basa sehingga cenderung membentuk tanah basa, begitu
sebaliknya dengan batuan masam akan membentuk tanah-tanah masam yang miskin
unsur hara. Pada Tabel di bawah ini
disajikan urut-urutan tingkat kestabilan mineral.
Tabel 1 : Jenis-jenis Batuan Utama dan Mineral penyusunnya (Fitzpatrick, 1980)
Tabel 2: Urutan Stabilitas
Mineral (Wilding, Smeck, and Hall, 1983)
Mineral Primer |
Stabilitas
Mineral
|
Mineral
Sekunder
|
Zirkon
|
Paling StabilPaling Tidak Stabil |
Anatas
|
Rutil
|
Gibsit
|
|
Turmalin
|
Hematit
(Gutit)
|
|
Ilmenit
|
Kaolinit
|
|
Garnet
|
Klorit
Pedogenik
|
|
Kuarsa
|
Smektit
|
|
Epidot
|
Vermikulit
|
|
Sphene
|
Ilit
|
|
Muskovit
|
Halosit
|
|
Mikroklin
|
Sepiolit
(Paligorskit)
|
|
Orthoklas
|
Alofan
(Imogolit)
|
|
Plagioklas
|
Kalsit
|
|
Hornblende
|
Gypsum
(Pyrit)
|
|
Klorit
|
Halit
|
|
Augit
|
|
|
Biotit
|
|
|
Serpentin
|
|
|
Glas
Volkanik
|
|
|
Apatit
|
|
|
Olivin
|
|
.
Tabel
3 : Beberapa jenis Bahan Mineral yang Terdapat dalam Tanah dan Kandungan Unsur
Hara yang Dominan (Klein dan Hurlbut, 1985)
Mineral
|
Rumus
Kimia
|
Unsur
Dominan
|
Kuarsa |
SiO2
|
-
|
Kalsit
|
CaCo3
|
Ca
|
Dolomite
|
CaMg(CO3)
|
Ca,
Mg
|
Felspar
– Orthoklas
|
KalSi3O8
|
K
|
Felspar
– Plagioklas
|
NaAlSi3O8
– CaAl2Si2O8
|
Na,
Ca
|
Mika
– Muskovit
|
KAl2(AlSi3O10)(OH)2
|
K
|
Mika
– Biotit
|
K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2
|
K,
Mg, Fe
|
Amfibol
(Hornblende)
|
(Ca,Na)2-
3(Mg,Fe,Al)5Si6(SiAl)2O22(OH)2
|
Ca,
Mg, Fe
|
Piroksin
(Hiperstin, Augit)
|
(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(SiAl)2O6
|
Ca,
Mg, Fe
|
Olivin
|
(Mg,Fe)2SiO4
|
Mg,
Fe
|
Leucit
|
KAlSi2O6
|
K
|
Apatit
|
Ca5(PO4)3(F,D,OH)
|
P
|
Pada Tabel 3. tersebut terlihat bahwa tanah-tanah yang
berasal dari batuan Kuarsa maupun Kuarsit secara dominan mempunyai mineral
tanah Kuarsa. Mineral tersebut tidak mempunyai unsur hara, dengan demikian akan
terbentuk tanah yang yang masam dan miskin unsur hara.
b. Iklim
Iklim merupakan faktor yang amat
penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan dan angin merupakan
unsur yang sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di
dalam tanah. Pengaruh iklim terhadap proses pembentukan tanah dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung
misalnya dalam proses pelapukan fisik maupun kimia, pencucian,
translokasi dll, sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu pengaruhnya terhadap
pertumbuhan vegetasi. Suhu merupakan komponen dari iklim merupakan komponen
yang sangat berpengaruh pada kecepatan reaksi dalam proses pembentukan tanah.
Suhu sangat menentukan jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh di permukaan
sehingga menentukan jumlah dan jenis bahan organik yang terbentuk. Di dalam
profil curah hujan sangat berpengaruh pada proses pelapukan, pelarutan,
translokasi unsur hara dan bahan lainnya serta pertumbuhan perakaran tanaman.
Di luar profil tanah curah hujan berpengaruh terhadap erosi serta deposisi
material tanah. a. PERAN CURAH HUJAN (AIR) : (1) Air sebagai pelarut,
(2) Berperan dalam reaksi-reaksi kimia, (3) Berperan dalam pelapukan fisik
batuan melalui pembekuan air dalam pori-pori batuan. Daerah yang curah hujannya
tinggi (Daerah TROPIS BASAH), sifat-sifat tanah yang terbentuk adalah :
•
SOLUM
DALAM,
•
PELINDIAN
INTENSIF
•
TEKSTUR
HALUS
•
pH
MASAM
•
UNSUR
HARA MUDAH TERSEDIA
•
HORIZON-HORIZANNYA
LENGKAP
SIfat-sifat tanah di DAERAH
KERING (ARID) adalah :
•
TEKSTUR
KASAR
•
pH
BASIS
•
PELINDIAN
JARANG TERJADI
•
HORIZON-HORIZON
TIDAK TAM-PAK (TIDAK LENGKAP)
3. Organisme
Organisme
merupakan faktor penting semenjak permulaan pembentukan profil tanah. Proses
pembentukan profil tanah dimulai sejak tanaman mulai hidup di atas batuan
misalnya jenis Lichenes. Apabila batuan mulai lunak maka tumbuhan yang lebih
besar mulai tumbuh dan akhirnya mati dengan meninggalkan sisa-sisa tanaman
(bahan organik) (horison O). Bahan organik ini akan di rombak oleh
mikroorganisme serta dicampur dengan bahan mineral yang ada di bawahnya
sehingga terbentuk horison A yang berwarna gelap Asam organik yang dihasilkan
proses dekomposisi akan meningkatkan proses pelapukan mineral sehingga
terbentuk mineral sekunder dan unsur hara dalam tanah. Adanya air hujan akan
terjadi proses translokasi bahan tersebut dari horison A ke horison di
bawahnya, proses ini akan menghasilkan horison B (horison iluviasi). Beberapa
sifat tanah yang dipengaruhi oleh organisme adalah bentuk struktur tanah dan
rongga (void) tanah, konsentrasi bahan organik (Mor, Mull, sward dan orterde) dan
perubahan-perubahan bentuk di permukaan tanah.
4. Relief (Topografi)
Relief adalah
perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief atau topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara :
1. Mempengaruhi jumlah
air hujan yang meresap atau di tahan masa tanah.
2. Mempengaruhi dalamnya
air tanah.
3. Mempengaruhi besarnya
erosi.
4. Mengarahkan gerakan
air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
Sifat-sifat tanah yang umumnya
berhubungan dengan relief adalah :
1.
Tebal
solum
2.
Tebal
dan kandungan bahan organik horison A.
3.
Kandungan
air tanah (Relative wetness).
4.
Warna
tanah.
5.
Tingkat
perkembangan horison.
6.
Reaksi
tanah (pH).
7.
Kandungan
garam mudah larut.
Kaitan antara topografi dan jenis
tanah adalah umum disebut toposequence dimana menggambarkan jenis-jenis
tanah yang d)jumpai pada setiap posisi lereng (Iereng atas, tengah dan bawah)
serta sifat dan ciri-ciri tanah tsb.. Sifat-sifat tanah menyebar mengikuti pola
topografi suatu daerah. Misalnya tanah Aluvial akan dijumpai pada lereng bawah
yang merupakan daerah endapan, dan sebaliknya pada lereng atas akan dijumpai
tanah-tanah dengan solum dangkal.
Tabel.4. Bentuk Wilayah, lereng
dan perbedaan tinggi.
Bentuk Wilayah
|
Lereng
|
Perbedaan Tinggi (m)
|
Datar (flat)
|
0 – 3
|
<5
|
Berombak (undulating)
|
3 – 8 %
|
5 - 15
|
Bergelombang (rolling)
|
8 – 15
|
15 - 50
|
Berbukit (hilly)
|
15 – 30
|
50 - 200
|
Bergunung (mountainous)
|
> 30
|
> 200
|
Sumber : Hardjowigeno, 2003.
5. Waktu
Tanah
merupakan benda alam yang selalu dinamis sehingga akibat pelapukan dan
pencucian maka tanah yang semakin tua maka akan semakin miskin. Mineral yang
kaya akan unsur hara akan habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral
yang sukar lapuk seperti kuarsa atau seskuioksida. Mohr dan van Baren telah mengenal ada 5 fase yang
terlibat dalam perkembangan tanah-tanah tropis yaitu :
1. Fase Pemula: Bahan induk belum mengalami pelapukan (100%
b.i & 0% tanah).
2. Fase Juvenil:
Pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya belum dilapuki
(75% b.i. & 25 % tanah)
3. Fase viril : Kebanyakan mineral-mineral mulai
terlihat, kandungan KLEI meningkat,
pelapukan masih
berjalan lambat (50% b.i. & 50% tanah).
4. Fase Senil : Dekomposisi atau pelapukan tiba pada fase
akhir hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih
bertahan (25% b.i. & 75 % tanah).
5. Fase akhir : Perkembangan tanah telah sempurna, bahan
sudah mengalami pelapukan
(100 % bahan tanah).
Proses pembentukan tanah yang berjalan terus menerus maka
bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature soil),
tanah dewasa (mature soil), tanah tua (Old soil atau senil soil). Penjelasan
lebih lengkap dapat di lihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 5. Tingkat perkembangan relatip tanah
(Hardjowigeno, 1993).
2.2. PELAPUKAN DAN PROSES PEMBENTUKAN PROFIL
TANAH
Pelapukan ialah proses
berubahnya batuan menjadi bahan tanah sebagai tanggapan dari batuan tersebut
untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya.
Pelapukan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pelapukan fisik/mekanik/desintegrasi
2. Pelapukan kimia/dekomposisi
2.2.1.
Proses pelapukan fisik ialah :
Penghancuran bahan atau
batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimia bahan-bahan yang terlapukkan.
Pelapukan fisik dapat
diakibatkan oleh:
1. Fluktuasi suhu
2. Tenaga air
3. Tenaga angin
4. Cuaca yang
membekukan
5. Kegiatan akar
tumbuhan-tumbuhan
6. Penurunan tekanan
Gambar 6. Proses Disintegrasi oleh
pembekuan air
Gambar 7. Proses Disintegrasi oleh akar
tamanan
Proses ini akan
meningkatkan LPJ.
6
LPJ = --------
L
1
Jumlah butir = (------)3
L
2.2.2.
PELAPUKAN KIMIA
Adalah proses
perubahan bahan atau batuan secara kimia. Pelapukan ini menghasilkan bahan yang
susunan kimianya tidak sama dengan batuan/bahan yang mengalami pelapukan.
Kedua proses pelapukan ini (pelapukan fisik &
kimia) pada umumnya berlangsung bersama-sama dan saling pengaruh mempengaruhi,
sehingga sukar dibedakan/dipisahkan.
Hasil pelapukan fisik dilanjutkan dengan pelapukan
kimia melalui :
a) Pelarutan (agensia yg
berperan : air)
b) Hidrolisis (penguraian oleh air terutama ion H+)
c) Hidratasi (penempelan
mol. Air)
d) Oksidasi (agensia yang
berperan O2)
e) Asidolisis (agensia
yang berperan :CO2)
Agen-agen utama yang berperan dalam proses tersebut
adalah : H2O, CO2, O2 dan H+
a. Pelarutan (solution)
Terjadi pada garam-garam sederhana, seperti
karbonat, klorida, dll.
CaCO3 + 2H+ H2CO3 + Ca+
Dapat juga berupa pelarutan mineral primer tanpa
perubahan kimia
b. Hidrasi
Reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh
senyawa-senyawa tertentu
CaSO4 + 2H2O CaSO4 2H20 (Gypsum)
c. Dehidrasi
Reaksi kimia yang mengakibatkan
terlepasnya molekul air dari suatu senyawa
CaSO4 2H2O CaSO4 + 2H2O
d. Hidrolisis
Reaksi kimia yang
mengakibatkan pergantian kation-kation dalam struktur kristal oleh hidrogen
sehingga struktur kristal rusak dan hancur
Merupakan pelapukan
kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang sempurna
atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk
3KAlSi3O8O
+ 2H+ KAl3Si3O10(OH)2
+ 6SiO2 + 2K+
K-felspar Mica Quartz
2KAl3Si3O10(OH)2
+ 2H+ + 3H20 3Al2Si2O5(OH)4 +
2K+
Mica Kaolinite
(Hemley
clan Jones, 1964 dalam Krauskopf,
1979)
e. Oksidasi
Oksidasi adalah suatu proses dimana
elektron-elektron atau muatan listrik negatip menjadi berkurang. Proses
tersebut akan berlangsung baik jika tersedia oksigen secara cukup.
Mineral-mineral tersebut menjadi mudah hancur sebagai akibat perubahan ukuran
clan muatan dari ferro (Fe++) ke ferri (Fe+++)
Oksidasi besi memberi warDa merah, coklat, atau
orange Biasanya terjadi setelah Hidrolisis
Fe++ -------------------------à Fe+++ +
elektron
f.
Reduksi berarti penambahan elektron dimana dengan proses reduksi dapat merubah
besi feri menjadi fero yang sangat mudah
bergerak. Pada kondisi ini besi akan mudah tercuci dan hilang dari tanah. Bila
tidak tercuci maka besi ini akan bereaksi dengan sulfur membentuk Sulfida atau
senyawa lain sehingga membentuk warna hijau-kebiruan yang khas untuk tanah
tereduksi.
Fe+++ +
elektron Fe++
Pelapukan pedokimia terjadi pada
solum tanah , beberapa proses yang dapat dikatagorikan sebagai proses pelapukan
pedokimia adalah :
- Proses oksidasi-reduksi dari Fe dan Mn dari mineral primer yang akhirnya membentuk karatan atau kongkresi dalam solum tanah.
- Pelepasan Al dari kristal KLEI menjadi hidroksida melalui proses pertukaran kation.
- Pemindahan K dari mika dimana terjadi pergantian K oleh H pada interlayer mika sehingga membentuk mineral KLEI vermiculit dan montmorilonit.
- Pembentukan lapisan Al pada mineral KLEI tipe 2:1
PROSES PEMBENTUKAN TANAH(PEDOGENESIS)
Pada pembentukan tanah terdapat beberapa proses yang
mengakibatkan penambahan bahan ke dalam tanah, kehilangan bahan dari tanah,
perubahan bentuk, dan pemindahan dalam solum. Beberapa proses tersebut adalah :
Tabel : Beberapa Contoh Proses Pembentukan Tanah (Hardjowigeno,
1995)
Proses
|
Keterangan
|
|||
1
|
A
|
Eluviasi
|
4
|
Pemindahan
bahan-bahan tanah dari satu Horison ke Horison lainnya
|
B
|
Iluviasi
|
4
|
Penimbunan
bahan-bahan tanah dalam suatu Horison
|
|
2
|
A
|
Leaching
|
2
|
Pencucian
basa-basa (unsur hara) dari tanah
|
B
|
Enrichment
|
1
|
Penambahan
basa-basa (unsur hara) dari tempat lain
|
|
3
|
A
|
Dekalsifikasi
|
4
|
Pemindahan
CaCO3 dari tanah atau suatu Horison tanah
|
b
|
Kalsifikasi
|
4
|
Penimbunan
CaCO3 dalam suatu Horison tanah
|
|
4
|
a
|
Desalinasi
|
4
|
Pemindahan
garam-garam mudah larut dari tanah atau suatu Horison tanah
|
b
|
Salinasi
|
4
|
Penimbunan
garam-garam mudah larut dalam suatu Horison tanah
|
|
5
|
a
|
Dealkalinasi
(Solodisasi)
|
4
|
Pencician
ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison
|
b
|
Alkalinisasi
(Solonisasi)
|
4
|
Akumulasi
ion-ion Na dari suatu tanah atau Horison tanah
|
|
6
|
a
|
Lessivage
|
4
|
Pencucian
(pemindahan) KLEI dari suatu Horison ke Horison lainnya dalam bentuk suspensi
(secara mekanik). Dapat terbentuk tanah Ultisol (Podsolik) atau Alfisol
|
b
|
Pedoturbasi
|
4
|
Pencampuran
secara fisik dan biologik beberapa Horison tanah sehingga Horison-Horison
tanah yang telah terbentuk menjadi hilang. Terjadi pada tanah Vertisol
(Grumusol)
|
|
7
|
a
|
Podsolisasi
(Silikasi)
|
(3,4)
|
Pemindahan
Al serta Fe dan / atau bahan organik dari suatu Horison ke Horison lain secara
kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada Horison yang tercuci meningkat
konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah Spodosol (Podsol).
|
|
b
|
Desilikasi
(Feralisasi, Laterisasi, Latosolisasi)
|
(3,4)
|
Pemindahan
silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al
meningkat secara relatif. Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan
suhu tinggi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk Oxisol (Laterit,
Latosol).
|
8
|
a
|
Melanisasi
|
(1,4)
|
Pembentukan
warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran bahan organik dengan bahan
mineral. Dapat membentuk Mollisol
|
|
b
|
Leusinasasi
|
4
|
Pembentukan
Horison pucat karena pencucian bahan organik
|
9
|
a
|
Braunifikasi,
Rubifikasi, Feruginasi
|
(3,4)
|
Pelepasan
besi dari menieral primer dan dispersi partikel besi oksida yang makin
meningkat. Berdasarkan besarnya oksidasi dan hidrasi dari oksida-oksida
tersebut maka dapat menjadi berwarna coklat (Brafikasi), coklat kemerahan
(Rubifikasi) atau merah ( Feruginasi)
|
|
b
|
Gleisasi
|
(3,4)
|
Redukasi
besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga ternentuk warna kebi
|
10
|
a
|
Littering
|
1
|
Akumulasi
bahan organik setebal kurang dari 30 cm di permukaan tanah mineral
|
|
b
|
Humifikasi
|
3
|
Perubahan
bahan organik kasar menjadi humus
|
Keterangan
:
(1) Penambahan
bahan ke tanah (2) Kehilangan bahan dari tanah
(3) Perubahan
bentuk (transformasi) (4) Pemindahan dalam solum
Sebagai hasil dari proses-proses yang
terjadi dalam pembentukan tanah, maka akan terbentuk lapisan-lapisan di dalam
tanah yang disebut sebagai Horison Tanah.. Ringkasan penamaan horison tanah
disampaikan sebagai berikut :
§ Horison
O
-
Horison organik yang
selalu jenuh dengan air atau tidak pemah jenuh air. Kandungan bahan organik
> 20 % (Pasir) atau > 30 % (KLEI)
-
Pada tanah mineral
biasanya ditemukan pada tanah-tanah di hutan yang belum terganggu
Oi, Oe (nama lama O1)
Tingkat dekomposisi
bahan organik kasar (Fibrik = i) atau sedang (Hemik = e)
Oa, Oe
(nama lama 02)
Tingkat dekomposisi
bahan organik halus (Saprik = a) atau sedang (Hemik = e)
§ Horison
A
Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap dari horison di bawahnya.
§ Horison E
Horison dimana terjadi pencucian (eluviasi)
maksimum terhadap KLEI, Fe, Al dan bahan
organik, berwarna pucat.
§ Horison B adalah
horison bawah yang terbentuk karena berbagai hal :
a)
Bt : Penimbunan (iluviasi) KLEI yang berasal dari
horison eluviasi (E); atau
b)
Bs : Penimbunan (iluviasi) Fe dan Al oksida
(seskuioksida) yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
c)
Bh :
Penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dari horison eluviasi (E); atau
d)
Bo : Penimbunan relatip (residual) Fe dan Al
oksida (seskuioksida) akibat pencucian Silika (desilikasi); atau
e)
Bw : Alterasi (perubahan) dari bahan induk yang
membebaskan oksida besi dan lainnya sehingga warna lebih merah atau membentuk
struktur tanah.
f)
Bss : Terdapat bidang kilir akibat gesekan
agregat tanah yang mengembang dan mengerut.
§ Honson
C
Bahan induk (Regolit), sedikit
melapuk sehingga lunak dan dapat ditembus akar.
§ Honson
R
Batuan induk yang keras
belum di lapuk, tidak dapat ditembus akar tanaman.
GAMBAR : PROFIL TANAH
III. SIFAT FISIK TANAH
Sebagai benda alam
tanah dapat dipelajari tentang sifat kimia dan fisiknya, dimana kemampuan tanah
sangat ditentukan oleh kedua sifat ini. Berbeda dengan sifat kimia, sifat fisik
tanah relatip tetap sehingga disebut sebagai faktor pembatas tetap (permanen).
Tekstur tanah misalnya relatip tidak akan berubah untuk jangka waktu lama.
Disisi lain sifat fisik tanah relatip sulit di rubah misalnya tanah yang
mempunyai tekstur KLEI sangat sulit dirubah menjadi tekstur lempung.
Kerusakan tanaman
yang disebabkan oleh sifat fisik sulit dikenali, biasanya baru diketahui
setelah menunjukkan gejala lanjut. Pada kasus tanah mempunyai lapisan
impermeabel (hardpan) tanaman akan menunjukkan gejala ketidaknormalan. Banyak
orang menduga ketidaknormalan itu disebabkan karena kekurangan unsur hara,
padahal permasalahan utamanya karena akar tidak dapat menembus lapisan tersebut
sehingga akar tanaman hanya mampu mengambil hara dari daerah yang sangat
terbatas.
Cabang dari ilmu tanah yang
mempelajari sifat fisik tanah di kenal dengan Fisika Tanah, waktu yang
dibutuhkan topik ini sangatlah lama. Pada materi ini hanya dikenalkan secara
umum sifat fisik tanah serta hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.
3.1. Tekstur
Tekstur tanah adalah
perbandingan relatip (dalam persen) fraksi pasir , debu dan KLEI. Tekstur tanah
penting diketahui karena komposisi ketiga fraksi tersebut akan menentukan sifat
fisik, fisikokimia, dan sifat kimia tanah. Bahan tanah/partikel tanah ukuran
> 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Diameter Pasir: 2 mm - 50m ; Debu: 50 m - 2 m; KLEI: < 2 m .
Tekstur tanah menunjukkan kasar-halusnya tanah yang merupakan perbandingan
banyaknya pasir, debu, KLEI. Di laboratorium penentuan tekstur tanah dilakukan
dengan menggunakan 2 metode yaitu (1) metoda pipet, dan (2) metoda Hidrometer.
Kedua metode tsb digunakankan untuk menentukan % ase masing-masing fraksi tanah
dan selanjutnya penggolongan kelas tektur dilakukan dengan menggunakan segitiga
tekstur tanah dengan cara memasukkan data hasil analisa laboratorium. Penetapan
tekstur secara kualitatif di lapangan dilakukan dengan cara memijit tanah basah
di antara jari-jari sambil dirasakan halus kasarnya butiran. Rasa kasar
mencirikan pasir, rasa licin mencirikan debu dan rasa lekat mencirikan KLEI.
Pengetahuan tekstur
tanah sangat penting karena tekstur tanah dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam
penilaian suatu lahan, misalnya :
1.
Mudah tidaknya suatu
tanah diolah. Bila tekstur tanahnya pasiran maka tanah tersebut mudah diolah,
tetapi bila tanah tersebut tanah lempungan maka tanah tersebut sukar/berat bila
diolah.
2.
Untuk mengetahui baik
buruknya aerasi tanah dan tata air di dalam tanah.
3.
Untuk mengkaji tentang morfologi , genesis,
klasifikasi dan pemetaan tanah.
4. Tekstur tanah sangat
mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah seperti luas permukaan partikel tanah,
plastisitas, permeabilitas, kemampuan tanah mengikat air dan hara, kekerasan,
kemudahan olah tanah, kesuburan dan produktifitas tanah. Tetapi tekstur tanah
ini tidak terlepas dari jenis lempung dan mineral batuan yang terkandung. Tanah
yang bertekstur halus (lempung) memiliki Luas pemukaan jenis (LPJ) yang besar
sehingga kemampuan menyerap air dan unsure hara yang lebih tinggi dari yang
bertekstur kasar, tetapi permeabilitas atau drainase tanah lempungan ini lebih
lambat daripada tanah pasiran. Sedangkan Tanah
dengan tekstur pasir mempunyai luas permukaan jenis kecil (LPJ kecil), sehingga
daya serap air rendah dan kapasitas menjerap kation juga rendah (KPK rendah).
Sedangkan tanah-tanah bertekstur lempung () mempunyai luas permukaan (LPJ)
besar sehingga memiliki daya serap air besar dan KPK lebih tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tekstur kasar. Dengan
demikian, jelas bahwa tekstur sangat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Tekstur tanah
yang perlu diperhatikan tidak hanya yang
di lapisan permukaan saja tetapi juga di lapisan yang lebih dalam di dalam
profil tanah.
Ciri-ciri dari masing-masing tekstur :
1. Tekstur Pasir
:
•
Kadar pasir ³
70%
•
Bersifat lepas-lepas
•
Tidak liat dan tidak
lekat
•
Terasa kasar kalau
dipilin dan tidak meninggalkan selaput.
•
Aerasi dan drainase baik
•
Kemampuan menyerap air dan ion rendah
•
Ringan bila diolah
Untuk pasir
geluhan mempunyai sifat-sifat sbb :
1. Mengandung lempung dan debu sedikit
2. Konsistensi agak liat
3. Bila dipilin diantara 2 jari akan me-ninggalkan sedikit selaput bahan halus pada jari
1. Mengandung lempung dan debu sedikit
2. Konsistensi agak liat
3. Bila dipilin diantara 2 jari akan me-ninggalkan sedikit selaput bahan halus pada jari
2. Tekstur
geluh/sedang
•
Mengandung ke 3 fraksi
secara se-imbang sehingga sifat-sifatnya terletak diantara 2 tekstur yang
ekstrem
•
Tanah ini yang paling
disukai oleh tanaman
•
Pori makro dan mikro
seimbang
3. Tanah lempung
•
Mengandung lempung ³
35 %
•
Berat bila diolah
•
Sangat liat dan lekat
•
Aerasi dan drainase
buruk
•
Kemampuan mengikat ion
dan menyerap air tinggi
GAMBAR : SEGITIGA TEKSTUR USDA
3.2.Struktur
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer (KLEI, debu dan pasir) membentuk aggregat-aggregat dimana satu aggregat dengan aggregat lainnya di batasi oleh bidang belah alami yang lemah. Aggregat yang terbentuk secara alami disebut ped, sedangkan istilah clod digunakan untuk bongkahan tanah hasil pengolahan tanah. Struktur dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, pertumbuhan akar, kegiatan mikroorganisme tanah dan penyediaan nutrisi tanaman.
Terdapat 4 bentuk utama struktur tanah yaitu :
1.
Bentuk lempeng : struktur dengan dimensi horisontal lebih
berkembang dibanding vertikal, platy
bentuk dari lempeng tebal, sedangkan laminar adalah bentuk dari lempeng tipis.
2.
Bentuk prisma : Sumbu vertikal
lebih berkembang dari lainnya, bagian samping agak datar (flat), menghasilkan
bangunan bentuk pilar. Jika puncak ped adalah bulah disebut struktur columnar,
jika datar disebut prisma.
3.
Betuk gumpal : Perkembangan
ketiga dimensi relatip sama, ped-ped yang terbentuk serupa kubus dengan muka
datar atau bulat. Jika mukanya datar dan pinggiranya bersudut tajam dinamakan
gumpal bersudut (angular bloocky).
4.
Bentuk spheroidal : Bentuk
bulat atau spheroidal dan semua sumbu lebih kurang sama panjangnya dengan muka tidak beraturan (irregular).
Biasanya ukuran strukturnya kecil kecil, aggregat-aggregat dari grup ini dinamakan granular jika relatip kurang porous,
jika susunan granular sangat porous dinamakan remah (crumb).
Dikenal dua jenis
tanah tidak berstruktur yaitu butir tunggal (single grain) dan massive. Butir
tunggal adalah jika partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas (tidak terikat)
satu dengan lainnya biasanya terjadi pada tanah pasir. Massive digunakan untuk
tanah-tanah padat yang ruang pori-porinya telah terisi oleh KLEI. Tiga grup
bahan koloid tanah dikenal sebagai bahan perekat dalam proses pembentukan
aggregat-aggregat tanah yaitu :
1.
Mineral-mineral KLEI.
2.
Oksida-oksida besi dan Mangan
yang bersifat koloidal.
3.
Bahan organik yang bersifat
koloidal, termasuk gum yang dihasilkan oleh aktivitas jasad renik.
3.3. Warna Tanah
Warna tanah merupakan cirri tanah yang paling nyata dan
paling mudah ditentukan. Warna tanah merupakan peryataan dari :1) jenis dan kadar bahan organic 2)
keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungannya dengan hidratasi, oksidasi
dan pencucian 3) Tingkat perkembangan tanah 4) Kadar air termasuk pula posisi
permukaan air tanah .5) Adanya bahan-bahan tertentu.
Tanah yang kaya akan bahan organic
akan memberikan warna kelam, warna merah menunjukkan biasanya mengindikasikan
kondisi tanah yang drainasenya baik, terdapat pada daerah cembung (convex)
berada diatas batuan yang permeable. Warna merah dapat juga disebabkan oleh
warna bahan induknya. Warna kuning sering dijumpai pada tanah yang berkembang
pada daerah lembab, warna ini disebabkan olek okida besi, warna coklat
disebabkan oleh percampuran antara warna tanah kuning dan bahan organic. Warna
tanah kelabu dan keputih-putohan disebabkan karena bahan tanah terutama kuarsa,
kaolin, dan mineral-mineral KLEI, karbonat Ca dan Mg, senyawa ferro (kondisi
tergenang/tereduksi). Tanah-tanah yang kondisi drainasenya buruk sering ditemui
adanya bercak-bercak (mottling) berwarna kelabu, coklat, merah atau kuning.
Penentuan warna diperlukan suatu
patokan warna sebagai pembanding, Munsell Color Chart sering digunakan untuk
menentukan warna tanah. Munsell Color Chart (MCC) teridiri atas kartu-kartu yang
berbeda warna spectrum dominannya di beri istilah Hue, dengan symbol
angka dan hurup besar yang diterangkan pada sudut kanan atas tiap-tiap
kartu. Baris vertical disusun menurut
interval yang berbeda warna kelam – cerah atau hubungannya dengan warna
putih dan hitam diberi istilah Value , diberi symbol angka di muka
garis miring. Baris horizontal disusun menurut interval yang berbeda dalam
hal kekuatan atau intensitasnya diberi istilah Chroma, diberi simbul
angka dibelakang garis miring.
3.4.Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah derajat
kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel tanah dan ketahanan
(resistensi) massa tanah terhadap
perubahan bentuk akibat adanya tekanan dari luar. Konsistensi ditentukan oleh
tekstur dan struktur tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan secara
kualitatip dan kuantitatif (Angka Atterberg).
Prinsip penenetapan konsistensi
secara kualitatip adalah penentuan
ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tanah pada
berbagai kondisi kadar air tanah. Angka atterberg menunjukkan kadar air pada berbagai batas
konsistensi, yaitu penetapan batas cair dan batas plastis suatu tanah yang
selanjutnya dapat ditentukan nilai indeks plastisitasnya.Arti penting
konsistensi tanah adalah cara penentuan pengolahan tanah yang effisien dan
menentukan kemampuan penetrasi akar tanaman di dalam tanah.
3.5.Pori-Pori tanah
Pori-porii tanah adalah bagian tanah yang berisi air dan
udara. Pori tanah dibedakan pori kasar (makro) dan pori halus (mikro). Pori
kasar berisi udara dan air grafitasl (air yang bergerak atau mudah hilang
karena gaya grafitasi) , sedang pori halus berisi air kapiler atau udara yang
terutama berguna bagi tanaman. Tanah dengan tekstur kasar memiliki pori makro
yang lebih besar dibanding tanah tekstur halus. Akan tetapi tanah tekstur halus
memiliki total pori lebih tinggi dari tanah tekstur kasar. Porositas tanah
dipengaruhi oleh kadar bahan organik, tekstur, dan struktur. Bahan organik
tanah akan meningkatkan porositas tanah. Tanah yang struktur masif (pejal)
misalnya karena pemadatan menyebabkan porositas tanah rendah. Pori-pori tanah dapat ditentukan dengan
menghitung nilai Bulk Density dan Partikel density.
Pori-pori tanah (%) = (1 – Bulk density/partikel
density) x 100 %
3.6.Bulk Density (Kerapatan Lindak) dan Partikel Density
Bulk density tanah adalah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering terhadap volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah . Semakin tinggi bulk density maka semakin padat tanah tersebut hal ini akan memberikan informasi bahwa tanah tersebut sulit melewatkan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar antara 1.1 – 1.6 g.cm-3. Beberapa tanah memiliki bulk density kurang dari 0.9 g.cm-3 yaitu Andisol, bahka pada tanah gambut (Histosol) kurang dari 0.1 g.cm-3 .
Bulk density sangat penting dilakukan
pengukuran terutama dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan pupuk dan kandungan
air dalam tanah yang didasarkan pada berat tanah persatuan luasan tanah. Bulk
density berbeda dengan partikel density (kerapatan jenis zarah). Partikel
density adalah berat kering tanah persatuan volume partikel-partikel padat
tanah tidak termasuk volume pori-pori tanah. Tanah mineral mempunyai nilai
partikel density 2.65 g.cm-3 .
3.7.Air Tanah
Air terdapat di dalam
tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap
air, atau karena keadaan drainage yang kurang baik (Hardjowigeno, 1995).
Fungsi air bagi
pertumbuhan tanaman adalah sebagai :
§ Unsur
hara tanaman
Tanaman memerlukan air
dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat
dalam proses fotosintesis.
§ Pelarut
unsur hara
Unsur-unsur hara yang
terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
§ Bagian
dari sel-sel tanaman
§ Air
merupakan bagian dari protoplasma
Persediaan air di dalam
tanah tergantung dari :
§ Banyaknya
curah hujan atau air irigasi
§ Kemampuan
tanah menahan air Air
§ Besarnya
evapotranspirasi
§ Tingginya
permukaan air tanah
Air dapat meresap atau
ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
Air Higroskopik : Air yang diserap dengan sangat kuat oleh
tanah sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi antara tanah dengan air)
Air Kapiler : Air di dalam tanah, di mana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dengan tanah) lebih kuat dari gaya gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) oleh tanaman.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan penentuan jumlah air
tersedia bagi tanaman , adalah:
Kapasitas Lapang : Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang
dapat ditahan oleh tanah tersebut terns menerus diserap oleh akar-akar tanaman
atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering. Pada suatu saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga tanaman menjadi layu
(titik layu permanen)
Titik Layu Permanen : Kandungan air tanah di mana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi
menyerap air dari tanah sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu
baik pada siang atau malam hari.
Air
Tersedia : Banyaknya air yang tersedia bagi
tanaman merupakan selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi
kadar air pada titik layu permanen .
Banyaknya
kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(Moisture Tension) dalam tanah. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya
tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tegangan air
diukur dalam Bar, Atmosfir, Cm Air, atau Logaritma dari Cm Air yang disebut pF.
Satuan Bar dan Atmosfir sering dianggap sarna karena 1 atm = 1.0127 bar. Pada
Tabel di bawah ini disajikan hubungan antara kondisi air di
dalam tanah dengan tegangan air.
Tabe1:
Klasifikasi Kelembaban Tanah dan Tegangan Air
Klasifikasi kelembaban Tanah
|
Tegangan
|
|
Bar (atm)
|
pF
|
|
Jenuh Air (air Grafitasi,
hilang dari tanah)
|
0
|
0
|
Kapasitas Lapang (Air Kapiler,
dapat diserap tanaman)
|
1/3
|
2.53
|
Titik Layu permanen (Air
Kapiler, tidak dapat diserap tanaman)
|
15
|
4.18
|
Koefisien hidroskopik, tidak
dapat diserap tanaman)
|
31
|
4.5
|
Kering Oven
|
10,000
|
7
|
IV. SIFAT KIMIA TANAH
Kemampuan tanah dalam menyediakan unsure-unsur hara bagi
tanaman merupakan persoalan uatama dalam produksi tanaman. Secara menyeluruh
unsure hara merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor lingkungan tersebut adalah : 1)
Temperatur, 2) Radiasi matahari, 3) Kelebababn, 4) Reaksi tanah, 5) Udara tanah,
6) Susunan atmosfere, 7) Ketersediaan unsure hara, 8) Faktor biotis.
4.1.Reaksi Tanah (pH Tanah)
Reaksi tanah
menunjukkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+)
dalam tanah. Nilai pH adalah berkisar dari 0 - 14. Makin besar angka pH berarti
makin bersifat basa, dan sebaliknya
makin rendah berarti makin masam. Angka 7 berarti bahwa reaksinya netral dengan
kata lain konsentrasi H+ dan OH- sama besar. Semakin tinggi H+ makin masam dan sernakin
tinggi OH- semakin basa.
Beberapa reaksi kimia dan reaksi
biokimia dalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah antara lain :
·
Pelapukan
batuan dan mineral primer akan terjadi lebih cepat apabila dalam suasana
lingkungan masam. Kondisi ini dapat dilihat pada tanah-tanah bereaksi masam (pH
rendah) cadangan mineral mudah lapuk sangat rendah. Pada tanah-tanah muda
dimana pH tanah masih netral atau sedikit alkalis ditemukan banyak bahan-bahan
mineral mudah lapuk.
·
Menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah
diserap tanaman atau dalam bentuk tersedia adalah pada pH sekitar netral. Unsur
mikro umumnya ketersediannya meningkat pada pH masam. Sedangkan unsur makro,
ketersediaan meningkat pada pH naik. Misalnya, unsur P tidak tersedia bagi
tanaman pada suasana masam karena terikat oleh AI dan Fe. Sebaliknya pada pH
alkalis., P juga tidak tersedia karena diikat oleh Ca.
·
Kemasaman
tanah menentukan spesies Al yang dominan dalam tanah. Tanah dengan pH < 5
spesies Al yang dominan adalah heksamonomerik trivalent Al yang dapat mencapai
kejenuhan yang tinggi sehingga meracuni tanaman. Pada pH > 5tidak akan
terjadi keracunan Al karena heksamonomerik trivalent Al di konversi menjadi Al
polimerik Al ((Al(OH)n(OH2)6-n)3-n.
·
pH
tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan (solubilitas)
senyawa-senyawa sukar larut dalam air, diantaranya fosfat alam, kapur (kalsit
dan dolomit).
·
pH
tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsure hara mikro terutama Fe
dan Cu.
·
pH
tanah akan berpengaruh pada muatan listrik bersih pada permukaan tapak jerapan,
terutama tanah-tanah yang memiliki muatan variable.
·
Mempengaruhi
perkembangan mikro organisme. Bakteri berkembang dengan baik pada pH 5.5 atau
lebih, seperti bakteri pengikat nitrogen. Semakin tinggi pH umumnya aktivitas
organisme 1anah akan lebih baik.
4.2.Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar bkation tanah
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan
mempertukarkan kation. KTK diwujudkan sebagai banyaknya kation yang dapat
dijerap oleh tanah per satuan berat tanah, yang dinyatakan dalam miliekivalen
per 100 gr tanah (me/100 gr). KTK menunjukkan jumlah maksimum kation yang dapat
dijerap tanah. KTK tiap koloid tanah berbeda-beda, dimana humus (bahan organik) memiliki KTK yang
paling tinggi, yaitu 100 -300 me/100 gr,
Montmorilonnit 80 -150 me/100 gr, Kaolinit 3 -15 me/100 gr; dan
seskuioksida 0 - 3 me/100 gr. Tipe mineralKLEI 2:1 (montmorillonit, vermikulit,
illit) memiliki KTK lebih besar dari tipe 1:1 ( kaolinit, haloisit).
Pengetahuan tentang KTK merupakan syarat mutlak untuk mempelajan kesuburan dan
kemasaman tanah, karena KTK memiliki hubungan yang sangat menentukan tingkat
kesuburan tanah. Nilai KTK juga dipengaruhi oleh tingkat kemasaman, dimana pH
naik maka KTK akan meningkat. Tanah dengan KTK tinggi mempunyai kemampuan
menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari yang KTK rendah. Selain
itu, unsur hara pada tanah KTK tinggi tidak mudah tercuci. Tanah bertekstur
halus, memiliki KTK lebih besar, Jadi nilai KTK tanah dipengaruhi oleh: Kadar
bahan organik, tekstur, jenis mineral KLEI, tingkat kemasaman.
Besarnya KTK
biasanya dinyatakan dalam milliequivalents per 100 g tanah. 1 equivalen adalah suatu
jumlah yang secara kimia setara dengan 1 g Hidrogen, 1 me = 1 mg Hidrogen
KTK
1 me/l00 g tanah, artinya tanah tersebut dapat menjerap 1 mg H setiap 100 g
tanah.
Satuan
milliequivalent (me) dapat dirubah menjadi satuan berat (misal fig) :
Bobot
Equivalen (BE) = Bobot Atom (BA) : Valensi
1
me H = 1 mg (berat atom H = 1, valensi 1)
1
me K = 39 mg (berat atom K = 39, valensi 1)
1 me
Na = 23 mg(beratatomNa=23,valensi 1)
1 me
Ca = 40/2 mg (berat atom Ca = 40, valensi 2)
1 me
Mg = 24/2 mg (berat atom Mg = 24, valensi 2)
Contoh arti perhitungan di atas :
Untuk menggantikan 1 me H diperlukan 20 mg Ca atau
39 mg K dll.
, demikian juga satuan
me/l00 g dapat dirubah menjadi ppm :
contoh :
K = 7 me/l00 g =
7 x BE_K x (1,000,000: 100,000) ppm
= 7 x 39 x 10 ppm
= 2,730 ppm
Kapasitas tukar kation
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :
§ Jenis
mineral KLEI atau koloid tanah
Seskuioksida 0 - 3 me/l00g
Kaolinit 3
- 15 me/l00g
Haloisit 2H2O 5 - 10 me/l00g
Illit 10 - 40 me/l00g
Chlorit 10 - 40 me/l00g
Haloisit 4H20 40 - 50
me/l00g
Montmorilonit 80 - 150 me/l00g
Humus
100 - 300 me/l00
Adanya muatan tergantung pH pada
tanah, maka dalam penetapan KTK di laboratorium harus didasarkan pada pH
larutan yang telah ditentukan :
§ Bila tanah dicuci
(diekstrak) dengan 1 N KCI (garam netral) pada pH tanah yang sebenarnya maka
air cuciannya (Leachate) akan mengandung H+ dan A13+
yang disebut H+ dan Al3+
yang dapat ditukar (Exchangable). Disamping itu di dalam air cucian tersebut juga mengandung kation-kation
lain seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+
dan lain-lain. Jumlah semua kation H+ + Al3++ Ca2+
+ Mg2+ + K+ + Na++
kation-kation lain yang terdapat dalam air cucian dengan 1 N KCI tersebut
(dalam me/100g) disebut KTK Efektif Muatan yang menimbulkan efektif ini
diperkirakan berasal daari muatan permanen dalam mineral KLEI sehingga sering
disebut pula sebagai KTK tetap (Permanent CEC). Walaupun demikian karena
mineral dalam tanah sering diselaputi oleh oksida-oksida Fe atau Al (terutama
tanah-tanah didaerah tropika) sehingga besarnya muatan permanen yang
sesungguhnya sudah tidak jelas lagi maka penggunaan istilah KTK efektif = KTK tetap tidakiah begitu tepat (Sanchez,
1976). Pada Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 1987), karena W dalam
muatan tetap jumlahnya sangat sedikit dibanding dengan AI, maka KTK efektif
dihitung sebagai berikut : KTK
efektif = Al dapat ditukar (ekstraksi
dengan 1 N KCI) + jumlah basa dapat ditukar NH4OAc pH 7)
§ Menggunakan ekstraksi
Barium Chlorida + Triethanolamine (BaCl2 - TEA) yang disangga pada
pH 8.2.
-
Bila
tanah yang telah diekstrak dengan 1 N KCI tersebut kemudian diekstrak lagi
dengan BaCl2 - TEA pada pH 8.2 maka H+ yang
berasal dari bukan muatan tetap akan terekstrak (disebut Extractable Acidity =
EA). Hidrogen ini berasal dari gugusan OH dari ujung-ujung (patahan) kristal KLEI
atau gugusan karboksil dari bahan organik yang akan berdisosiasi hila pH naik
(Tisdale, Nelson, and Beaton, 1975). Banyaknya H+ yang
terekstrak dengan BaCl2 - TEA pH 8,2 (dalam me/l00g) merupakan
muatan atau KTK Tergantung pH dari tanah.
KTK Total Tanah = KTK
Efektif + KTK tergantung pH.
Besarnya nilai KTK ekstraksi
dengan NH4Oac pH7 terletak antara KTK efektif (1 N KCI) dan KTK total BaCl2
- TEA).
KTK Jumlah Kation (Soil Survey Staff,
1975) = jumlah basa dapat ditukar NH4OAc pH 7) + EA (BaCI2 - TEA pH
8,2).
Kapasitas tukar kation mei-upakan
sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan
KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah
dengan KTK rendah, karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan
koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.
4.3.
Pertukaran Anion
Kapasitas Tukar Anion (KT A)
banyak ditemukan pada mineral KLEI amorf, dan KLEI Al serta Fe-oksida. KT A
ditemukan pula pada kaolinit dalam jumlah yang lebih sedikit. KT A umumnya
lebih rendah dibandingkan dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Muatan positif
pada mineral KLEI silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan kristal atau
akibat penggantian gugusan OH oleh anion-anion lain (Sanchez, 1976). Pada
oksida-oksida Fe dan AI timbulnya muatan positif terutama akibat penggantian
gugusan OH- oleh anion-anion lain. Mengingat koloid-koloid ini
bermuatan positif maka terjadilah pertukaran anion. Secara umum, hila tanah
banyak mengandung muatan positip maka :
§ Terjadi penjerapan
anion seperti Nitrat (NO3-), Chlor (CI-) dan
lain-lain.
§
Kation-kation
seperti Ca, Mg dan K tidak dijerap tanah tetapi tetap dalam larutan tanah
sehingga mudah tercuci dari tanah.
§ Fosfat dan sulfat
dapat difiksasi oleh tanah, yang mengakibatkan ketersediaan P sangat rendah.
Kejenuhan Basa
Kejenuhan menunjukan perbandingan
antara jumlah kation-kation basa dengan semua kation (kation basa dan kation
asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Termasuk kation-kation basa
adalah Ca++, Mg++, K+ dan Na+,
sedangkan yang termasuk kation-kation asam adalah H+ dan AI+++. Jumlah maksimum kation yang dapat dijerap
tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.
Jumlah kation-kation basa
Kejenuhan Basa (KB) = x 100%
KTK
Jumlah kation-kation basa
KB (NH4OAc) = x 100%
KTK
(NH4Oac)
Jumlah kation-kation basa
KB (Jumlah Kation)
= x 100%
KTK
(jumlah kation)
Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan
tanaman, dan umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa yang
tinggi menunjukan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian serta
merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah,
dimana tanah-tanah dengan pH tinggi umumnya mempunyai kejenuhan basa tinggi,
sedangkan tanah-tanah dengan pH yang rendah mempunyai kejenuhan basa yang
rendah. Komplek jerapan pada tanah yang
mempunyai pH rendah (tanah masam) lebih banyak terisi oleh kation-kation asam,
yaitu AI+++ dan H+. Jumlah kation asam terlalu banyak,
terutama Al+++, dapat meracuni tanaman. Kejenuhan Basa menunjukkan
tingkat kemudahan basa-basa tersedia bagi tanaman. Tanah dengan nilai KB 50%
akan lebih mudah menyediakan kation dibanding dengan KB 30%. Kondisi ini juga
dipengaruhi oleh sifat koloid tanah, yaitu tanah yang kaya bahan organik atau
mineral KLEI 1:1 dapat menyediakan kation basa-basa kepada tanaman pada persen
kejenuhan basa yang lebih kecil dari pada tanah-tanah yang kaya akan mineral KLEI
2:1.
Penilaian Data Analisa Sifat Kimia Tanah PPT, 1983)
Sifat
Tanah
|
Sangat
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sangat
Tinggi
|
|
C
(%)
|
<
1
|
1 -
2
|
2.01
- 3.00
|
3.01
– 5.00
|
>
5.00
|
|
N
(%)
|
<
0.1
|
0.1
- 0.2
|
0.21
- 0.50
|
0.51
– 0.75
|
>
0.75
|
|
C/N
|
<
5
|
5 -
10
|
11
. 15
|
16
– 25
|
>
25
|
|
P2O5
HCl % (mg / 100 g)
|
<
10
|
10
– 2 0
|
21
- 40
|
41
– 60
|
>
60
|
|
P2O5 Bray I (ppm)
|
<
10
|
10
- 15
|
16
- 25
|
26
– 35
|
>
35
|
|
P2O5
Olsen (ppm)
|
<
10
|
10
- 25
|
26
- 45
|
46
– 60
|
>
60
|
|
K2O
HCl 25 % (mg / 100 g)
|
<
10
|
10
- 20
|
21
- 40
|
41
– 60
|
>
60
|
|
KTK
(me/100 g)
|
<
5
|
5 -
16
|
17
- 24
|
25
– 40
|
>
40
|
|
Komposisi
Kation
|
|
|
|
|
|
|
- K
(me / 100 g)
|
<
0.1
|
0.1
- 0.2
|
0.3
- 0.5
|
0.6
– 1.0
|
>
1.0
|
|
-
Na (me / 100 g)
|
<
0.1
|
0.1
- 0.3
|
0.4
- 0.7
|
0.8
– 1.0
|
>
1.0
|
|
-
Mg (me / 100 g)
|
<
0.4
|
0.4
- 1.0
|
1.1
- 2.0
|
2.1
– 8.0
|
>
8.0
|
|
-
Ca (me / 100 g)
|
<
2
|
2 –
5
|
6 -
10
|
11
- 20
|
>
20
|
|
Kejenuhan
Basa ( %)
|
<
20
|
20
– 35
|
36
– 50
|
51
– 70
|
>
70
|
|
Kejenuhan
Aluminium (%)
|
<
10
|
10
– 20
|
21
– 30
|
31
– 60
|
>
60
|
|
Cadangan
Mineral
|
<
5
|
5 –
10
|
11
– 20
|
21
– 40
|
>
40
|
|
Daya
Hantar Listrik ECx 103 (mmhos/cm)
|
<
1
|
1 –
2
|
2 –
3
|
3 –
4
|
>
4
|
|
Reaksi
Tanah
|
Sangat
masam
|
Masam
|
Agam
Masam
|
Netral
|
Agak
Basa
|
Basa
|
PH
H2O (1:1)
|
<
4.5
|
4.5
– 5.5
|
5.6
– 6.5
|
6.6
– 7.5
|
7.6
– 8.5
|
>
8.5
|
V. KLASIFlKASI T ANAH
Tanah
memiliki sifat dan ciri yang berbeda-beda perbedaan ini dapat dilihat dari
warna, kelas tekstur serta faktor lainnya. Tindakan yang ditujukan
mengelompokan tanah dengan memperhatikan perbedaan sifat dan ciri merupakan
suatu tindakan klasifikasi. Klasifikasi tanah merupakan upaya untuk
membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat dan ciri yang dimilikinya.
Tindakan ini sangat penting karena tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan
perlakuan yang berbeda, sehingga peluang terjadinya salah pengelolaan dapat di
kurangi sekecil mungkin.
Berdasarkan kegunaannya, klasifikasi tanah dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu :
§ Klasifikasi Alami
§ Klasifikasi Teknis.
Klasifikasi Alami merupakan
klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa
menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini
memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia, mineralogi tanah.
Klasifikasi Teknis merupakan klasifikasi
tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah
untuk kegunaan tertentu, contoh : Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Perkebunan / Sawah, dll.
KLASIFIKASI TANAH YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA
Sistem
klasifikasi tanah (sistem klasifikasi alami) yang ada di dunia sangat beragam,
karena banyak negara mengembangkan sendiri sistem klasifikasi yang digunakan
untuk negara itu sendiri. Di Indonesia sampai sekarang ini memiliki paling
sedikit 3 sistem klasifikasi tanah yaitu
:
§ Klasifikasi Pusat
Penelitian Tanah (Dudal & Soepraptohardjo, 1957/1961; PPT, 1981/1983)
§ Klasifikasi
FAO/UNESCO (1970)
§ Klasifikasi USDA
(Soil Survey Staff, 1975)
5.1. Klasifikasi tanah sistem Pusat Penelitian Tanah
Bogor (PPT).
Sistem klasifikasi tanah Pusat
Penelitian Tanah Bogor telah banyak dikenal dengan nama sistem
Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini mengemukakan bahwa untuk keperluan
survei tanah Indonesia telah dikembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan
konsep Baldwin (1938) serta konsep-konsep lain yang dikemukakan dalam “Soil
Survey Manual” (USDA, 1951). Dasar-dasar klasifikasi tanah dari sitem ini adalah :
-
Dasar kriteria untuk klasifikasi adalah sifat morfologis
-
Klasifikasi dilakukan pada tingkat katagori yang
berbeda-beda
-
Satuan peta tanah dapat terdiri dari beberapa satuan tanah
untuk peta berskala kecil.
-
Klasifikasi tanah harus dikaitkan dengan kegunaannya untuk
survey tanah.
-
Korelasi yang sistematik dan terus menerus merupakan
kegiatan terpadu antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Sistim pusat penelitian tanah
menggunakan 6 katagori yaitu :
-
Golongan (ordo)
-
Kumpulan (Subordo)
-
Jenis (Great group)
-
Macam (Subgroup)
-
Rupa (Family)
-
Seri
Pada katagori Ordo sistem
Dudal-Soepraptohardjo membagi tanah atas dasar perkembangan profil yaitu :
katagori “dengan perkembangan profil” dan “tanpa perkembangan profil”. Pada
Subordo didasarkan atas susunan horison utama.
5.2. Sistim Klasifikasi FAO/UNESCO
Sistim ini dibuat oleh FAO/UNESCO dalam rangka pembuatan peta tanah dunia. Sistim ini hanya mengembangkan dua kategori, yaitu tingkat great group dan subgroup. Pada tingkat yang leb1h tinggi atau rendah, tidak dikembangkan. Untuk pengklasifikasian digunakan horizon-horison penciri yang sebagian diambil dari Taksonomi Tanah USDA.. Contoh penamaan tanah sbb:
Great
Group :
Cambisol
Subgroup : Humic Cambisol
(Cambisol yang banyak mengandung humus)
5.3.SISTIM KLASIFIKASI
TAKSONOMI TANAH USDA
Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah USDA
merupakan sistim yang banyak dikenal di selumh dunia. Sistim ini bersumber pada
Sistim 1938 yang mendasarkan pengelompokan seri tanah pada kategori yang lebih
tinggi (Soil Survey Staff, 1975). Sistim 1938 telah dilakukan berbagai pembahan
oleh Thorp dan Smith (1949) serta Riecken dan Smith (1949) pada Great group dan
beberapa definisi yang telah ada, Berkembangnya pengetahuan tentang tanah
mengakibatkan munculnya sifat-sifat tanah yang sebelumnya tidak diketahui, dan
ketika seri tanah mengalami peningkatan dalam jumlah yang banyak maka Sistim
1938 mulai menunjukkan kelemahannya (Soil Survey Staff, 1975). Hal ini
disebabkan oleh makin sulitnya memasukkan seri tanah ke dalam kategori yang
lebih tinggi karena definisi dari famili tanah yang tidak jelas, sehingga ada
seri tanah yang secara bersamaan dapat dimasukkan ke dalam kategori yang lebih
tinggi (Birkeland, 1974), Kenyataan ini mendorong untuk dilakukan pengembangan
suatu sistim klasifikasi tanah yang bersifat komprehensif yang dapat menampung
segala pembahan karena adanya penemuan seri tanah yang barn. Pengembangan
tersebut dipelopori oleh Guy D. Smith sejak tahun 1951 sampai terwujudnya
konsep Taksonomi Tanah Tahun 1972 setelah melalui tujuh pendekatan serta
suplemen-suplemennya, yang kemudian dibakukan sebagai Handbook No, 436 Tahun
1975 (Soil Survey Staff, 1975). Di daerah tropika, Sistim Klasifikasi Taksonomi
Tanah dilakukan beberapa pengujian lebih lanjut. Perubahan dan penyempurnaan
dari beberapa definisi taksa dilakukan. Selanjutnya seiring dengan penemuan
bukti-bukti yang barn, dilakukan pengembangan penelitian terhadap Suborder
Andept untuk dinaikkan kategorinya menjadi Order, yang pada akhirnya dapat
ditetapkan mulai Tahun 1990. Sejak tahun tersebut pada Sistim Klasifikasi
Taksonomi Tanah terdapat 11 Order. Pengklasifikasian tanah menurut sitim
taksonomi tanah secara detil dapat dilihat pada Keys to Soil Taxonomy dari Soil
Survey Staff (1994), yang merupakan pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa kunci dari pengklasifikasian tanah, antara lain adalah deskripsi dari
horison dan batasan dari masing-masing order serta kelas di bawahnya. Berikut
disampaikan ringkasan dari horison-horison penciri dan klasifikasi tanahnya:
RINGKASAN HORISON
PENCIRI UNTUK TANAH MINERAL DAN TANAH ORGANIK
Untuk keperluan klasifikasi tanah,
selain penggolongan horison tanah ke dalam horizon A, B, C daD sebagainya,
perlu diidentifikasi horizon penciri baik berupa epipedon, horizon bawah
(Subsurface), maupun sifat-sifat penciri lain.
B. EPIPEDON
Epipedon adalah horizon
permukaan tetapi tidak sinonim dengan horizon A, mungkin lebih tipis dari
horizon A, tetapi mungkin pula meliputi horizon B. Berikut ringkasan dari
masing-masing epipedon :
Epipedon
Histic :
Horison
permukaan yang mengandung bahan organik tinggi ( > 20%).
Epipedon Mollic :Mengandung
bahan organik > 1 %, warDa lembab dengan value kurang dari 3.5, ketebalan 18
cm, kejenuhan basa ~ 50 %
Epipedon Umbric : Seperti Epipedon Mollic, tetapi kejenuhan basanya < 50 %
Epipedon Anthropic : Seperti Epipedon Mollic, tetapi mengandung > 250 ppm P205
larut dalam asam sitrat.
Epipedon Ochric : Horizon berwarna terang (Value lembab lebih dari 3.5), bahan
organik kurang dari 1 % atau keras - sangat keras dan masif.
Epipedon Plaggen : Tebal ³ 50 cm, hitam, terbentuk karena
permukaan organik (pupuk
kandang) yang terns menerus.
Horison lain yang ditemukan di permukaan
sebagai penciri klasifikasi tanah adalah :
Horizon Arenic
-
Horison yang mengandung pasir deng(Jn
ketebalar60 cm dan terletak di alas horison Argillic.
Horizon Glossarenic
-
Seperti
Horison Arenic, tetapi tebalnya lebih dari 100 cm
HORISON BAWAH PENCIRI:
Horizon Agric : Horison
di bawah lapisan olah, terdspst akumulasi debu, KLEI,dan humus
Horizon Albic : Horison berwama pucat (horizon A2), wama dengan
value lembab > 5
Horizon Argillic : Horison penimbunan KLEI, merupakan
horison B yang minimum
mengandung KLEI
1.2 kali di horison lebih banyak dari pada KLEI atasnya.
Terdapat selapur
KLEI, ketebalan maksimum 30 cm.
Horizon Calsic : Ketebalan ~ 15 cm atau lebih, mengandung karbonat (CaCO3 atau
MgCO3)
sekunder yang tinggi.
Horizon Cambic: lndikasi lemah adanya Argillic atau Spodic, tetapi tidak memenuhi
syarat untuk kedua horison tersebut.
Horizon Gypsic
-
Horison
yang banyak mengandung gipsum (CaSO4) sekunder.
Horizon Kandic
-
Seperti
Argillic tetapi, ketebalan maksimum 30 cm. KTK (Na4OAc) < 16
me/100g KLEI, daD KTK efektif (jumlah basa-basa + Aldd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Natric
-
Horison
Argillic yang banyak mengandung Na.
Horizon Oxic
-
Ketebalan
³ 30 cm, KTK (Na4OAc) < 16 me/100g KLEI,
dan KTK efektif (jumlah basa-basa + AIdd) < 12 me/100g KLEI.
Horizon Petrocalsic
-
Horison
Calsic yang mengeras.
Horizon Petrogypsic
-
Horison
Gypsic yang mengeras
Horison Salic
-
Ketebalan ³ 15 cm atau lebih, banyak mengandung
garam-garam sekunder yang mudah larut.
Horizon Sombric
-
Horison
berwarna gelap, sifat-sifat seperti Epipedon Umbric, terjadi iluviasi humus
tanpa Al dan tidak terletak di bawah Horizon Albic.
Horizon Spodic
-
Horison
iluviasi (timbunan) seskuioksida bebas dan bahan organik.
Horizon Sulfuric
-
Horison
yang banyak mengandung sulfat masam (Cat Day), pH < 3,5.
-
Terdapat
karatan terdiri dari jarosit.
HORISON PENCIRI UNTUK
TANAH ORGANIK
Bahan Fibric
-
Kandungan
bahan organik kasar (fibrik) lebih dari 2/3.
Bahan Hemic
-
Kandungan
bahan organik dengan tingkat pelapukan kasar 1/3 - 2/3.
Bahan Sapric
-
Kandungan
bahan organik kasar kurang dari 1/3.
Bahan Humlluvic
-
Iluviasi
humus setelah lama untuk bercocok tanam (pada tanah organik).
Bahan Limnic
-
Endapan
organik atau anorganik dari mahluk hidup di air.
PENCIRI KHUSUS
Konkresi
-
Senyawa
tertentu yang mengeras, berlapis konsentris (memusat). Bahan yang
disementasikan misalnya : kapur, besi, mangan, dan silikat.
Padas (Pan)
-
Horison
atau lapisan yang sangat memadat. Pemadatan oleh besi, kapur, KLEI, debu
(bentukan genetis atau karena tekanan/berat)
Orterde
-
Penimbunan
besi dan bahan organik tanpa sementasi.
Ortstein
-
Penimbunan
besi dan bahan organik dengan sementasi.
Fragipan
-
Lapisan
tanah yang teguh, mudah pecah, kepadatan tinggi. Tampak memadas hila kering,
tetapi mudah pecah hila lembab.
Duripan
-
Lapisan
tanah yang teguh, tidak tembus air dan akar.
Padas KLEI (Clay Pan)
-
Lapisan
atau horison yang padat, kaya KLEI, batas dengan horison di atasnya jelas.
Krotovinas
-
Corak
yang berbentuk pipa tak teratur dalam suatu horison, terbentuk dari bahan yang
berasal horison yang lain.
Plinthite
-
Bahan
KLEI lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya sebagai karatan-karatan
merah diatas dasar kelabu atau dasar merah dengan karat an kelabu atau putih,
berbentuk "poligonal" atau beralih "irreversible" ke
konkresi dalam keadaan basah dan kering berulang-ulang ; batas-batas ke atas
dan ke bawah baur atau berangsur- angsur.
Slickenside
-
Permukaan-permukaan
licin dan mengkilap disebabkan oleh massa tanah satu dan lainnya saling
menggesek/menggeser.
Selaput KLEI (Clay
Skin)
-
Selaput
KLEI aluminium silikat, biasanya terdapat di bidang-bidang belahan struktur
atau dalam pori-pori dan terletak sejajar dengan bidang-bidang belahan
struktur. Selaput KLEI ini mengandung atau tidak mengandung bahan organik dalam
jumlah nyata mengeras hila kering. Bagian lapisan yang mengeras berwarna merah,
biasanya mengandung karatan kilning, abu-abu atau putih.
Kontak Lithic
-
Batas
tanah dengan bahan di bawahnya yang keras dan padu.
Kontak Paralitik
-
Batas
tanah dengan bahan di bawahnya yang lunak dan padu.
REGIM TEMPERATUR (Untuk Kedalaman
Tanah ±
50 cm)
Pargilic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan kurang dari 0°C (Permafrost)
Cryic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan antara 0° C –
8o C, suhu
musim panas rata-rata kurang dari
15°C.
Frigid
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan O°C - SaC, pada musim panas suhu rata-rata lebih panas
, dari Cryic (lebih dari 15°C).
Mesic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan 8°C - 15°C.
Thermic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan 15°C - 22°C.
Hyperthermic
-
Suhu
tanah rata-rata tahunan lebih dari 22°C.
Iso (Frigid, Mesic, Thermic,
Hypertermic)
-
Perbedaan
suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C. Suhu tanah
rata-rata tahunan = Frigid, Mesic, Thermic, Hyperthermic.
Tropic
-
Mempunyai
sifat Iso dan suhu tanah rata-rata tahunan lebih dari 8°C (Isomesic atau lebih
panas)
REGIM KELEMBABAN (Untuk Kedalaman antara
10 - 90 cm)
Aquic
-
Tanah
sering jenuh air, sehingga terjadi reduksi. Ditunjukkan oleh adanya karat an
dengan warna khroma rendah.
Aridic atau Torric
-
Kering
lebih dari 6 bulan (bila tanah tidak pemah beku). Tidak pernah lembab 90 hari
berturut-turut atau lebih setiap tahun.
Perudic : Curah hujan setiap bulan selalu melebihi
evapotranspirasi.
Udic :Tanah tidak pernah kering 90 hari (kumulatif) setiap
tahun.
Ustic :Tanah setiap tahun kering lebih dari 90 hari
(kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari.
Xeric :Hanya terdapat di daerah beriklim Mediteran (Non
Iso). Setiap tahun kering lebih dari 45 hari berturut-turut di musim panas,
lembab lebih dari 45 hari berturut-turut di musim dingin.
TATA NAMA
Salah
satu hal yang barn dalam sistem Taksonomi Tanah adalah penggunaan tata nama.
Nama-nama tanah selalu mempunyai arti, yang umumnya menunjukan sifat utama dari
tanah tersebut :
§
Pada
Kategori Order nama tanah selalu diberi akhiran Sol (Solum = tanah), sedang
suku kata sebelumnya menunjukan, sifat utama tanah dari tanah tersebut. Pada
kategori yang lebih rendah dart order akhiran Sol tidak digunakan lagi, sebagai
gantinya untuk menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke
kategori rendah digunakan akhiran yang merupakan singkatan dari nama
masing-masing order tersebut.
§
Nama-nama
pada kategori Suborder terdiri dari dua suku kata sedangkan Greatgroup terdiri
dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat-sifat utama dari tanah
tersebut. Suku kata terakhir menunjukan nama dari Order tanah.
§
Nama
Subgroup digunakan dua patah kata di mana kata ke dua merupakan nama Great
group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari Subgroup tersebut.
§
Pada
tingkat Family, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan
susunan besar butir, susunan mineralKLEI, regim suhu tanah, atau sifat- sifat
lain yang spesifik dan mempengarnhi pertumbuhan tanaman.
§
Pada
tingkat Seri, tanah diberi nama menurnt nama tempat dimana tanah tersebut
pertama kali ditemukan.
Contoh
:
Order
: Ultisol (ultus =
akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir)
Suborder : Udult (udus = humida,
lembab, tidak pemah kering)
Great
group : Tropudult (tropikos =
daerah tropis, terus menerus panas
dengan sifat iso)
Subgroup
: Aquic Tropudult (Aquic =
air, kadang-kadang berair)
Famili
: Aquic Tropudult, berKLEI
halus, kaolinitik, isohipertermik
Kaolinitik = mineralKLEI yang dominan
adalah kaolinit
Isohipertermik = suhu tanah lebih dari
22°C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin kurang dari 5°C).
Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah
Granada)
Tabel : Arti Nama-nama Tanah dalam
Tingkat Order dan Akhiran untuk Kategori yang Lebih Rendah
Nama Order
|
Akhir Untuk Kategori Lain
|
Arti Asal Kata
|
ALFISOL
|
ALF
|
Dari Al – Fe
|
ANDISOL
|
AND
|
Ando, tanah hitam
|
ARIDISOL
|
ID
|
Aridus, sangat kering
|
ENTISOL
|
ENT
|
Dari Recent
|
GELISOL
|
EL
|
Gelare, membeku
|
HISTOSOL
|
IST
|
Histos, Jaringan
|
INCEPTISOL
|
EPT
|
Inceptum, Permulaan
|
MOLLISOL
|
OLL
|
Mollis, lunak
|
OXISOL
|
OX
|
Oxide, oksida
|
SPODOSOL
|
OD
|
Spodos, abu
|
ULTISOL
|
ULT
|
Ultimus, akhir
|
VERTISOL
|
ERT
|
Verto, berubah
|
. SIFAT - SIFAT TANAH DALAM TINGKAT
ORDER TAKSONOMI TANAH
Sistim Klasifikasi Taksonomi Tanah
mengelompokan tanah ke dalam 11 order. Ringkasan dan penjelasan dari
masing-masing order disampaikan sebagai berikut :
Tabel : Order Tanah dan Penciri Utama
menurut Sistim Taksonomi Tanah.
Order
|
Penciri
Utama
|
|
Horison
Penciri
|
Sifat-Sifat
Penciri Lain
|
|
Alfisol
|
Horison
Argilik
|
Kejenuhan
basa tinggi (³ 35%)
|
Andisol
|
-
|
Mempunyai
sifat Andik pada seluruh lapisan
|
Aridisol
|
-
|
Tanah
di daerah iklim arid (sangat kering)
|
Entisol
|
Hanya
ada epipedon Ocric, Albic atau Histic
|
-
|
Gelisol
|
-
|
Mempunyai
sifat Gelik (membeku setiap tahun.
|
Histosol
|
Epipedon
Histik tebalnya ³ 40 cm
|
-
|
Inceptisol
|
Horison
Kambik
|
-
|
Mollisol |
Epipedon
Molik
|
Kejenuhan
basa seluruh solum > 50 %
|
Oxisol
|
Horison
Oksik
|
-
|
Spodosol
|
Horison
Spodik
|
-
|
Ultisol
|
Horison
Argilik
|
Kejenuhan
basa rendah ( < 35 %)
|
Vertisol
|
-
|
Sifat
vertik *), lebih dari 30 % KLEI
|
Keterangan :
*)
Musim kering mengkerut, tanpa pecah-pecah, musim hujan mengembang tanah sangat
lekat.
Keterangan
lebih lanjut dari masing-masing order tanah tersebut adalah sebagai berikur :
Alfisol
-
Tanah-tanah
yang terdapat penimbunan KLEI di horison bawah ( Horison Argilik ) dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi ³ 35 %) pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.
-
KLEI
yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci
ke bawah bersama dengan gerakan air.
-
Tanah
ini dulu dikelompokan pada Tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-
kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Andisol
-
Tanah
yang mempunyai sifat-sifat Andik dalam suatu/ seluruh subhorison, baik itu
berupa timbunan (Burried) maupun bukan timbunan, yang berketebalan 35 cm di
dalam 60 cm dari permukaan tanah atau dari batas lapisan organik yang bertemu
dengan lapisan yang mempunyai sifat-sifat andik.
-
Tanah
ini dulu disebut Andosol atau Suborder Andept.
Aridisol
-
Tanah-tanah
yang mempunyai kelembaban tanah Arid (sangat kering). Mempunyai Epipedon Okrik,
kadang-kadang dengan horison penciri lain.
-
Dulu
disebut Desert Soils.
Gelisol
-
Tanah yang selalu membeku karena suhu sangat dingin.
Entisol
-
Tanah
yang masih sangat muda, yaitu barn tingkat permulaan dalam perkembangan.
-
Tidak
ada horizon penciri lain kecuali Epipedon Okrik, Albik, atau Histik (ENT - Recent = baru).
-
Tanah-tanah
yang dulu termasuk kelompok ini adalah Tanah Aluvial, Regosol.
Histosol
-
Tanah
dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 % (tekstur pasir), atau lebih dari
30 % (tekstur KLEI).
-
Lapisan
yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya: 40 cm. (Histos =
Jaringan).
-
Tanah
ini sehari-hari disebut Tanah Gambut, Tanah Organik, atau Organosol.
Inceptisol
-
Merupakan
tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol (Inceptum = Permulaan).
-
Umumnya
mempunyai Horison Kambik.
-
Umumnya
tanah ini cukup subur, karena belum berkembang lanjut.
-
Tanah
ini dulu termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Latosol, Gleihumus, dan lain-lain.
Mollisol
-
Tanah
yang mempunyai Epipedon Molik dengan tebal lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap)
-
Kandungan
bahan organik .> 1 %, kejenuhan
basa > 50 %. Agregasi tanah baik sehingga tanah tidak keras bila
kering (Mollisol = lunak).
-
Tanah
ini dulu disebut Chernozem, Brunizem, Rendzina, dan lain-lain.
Oksisol
-
Tanah
tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan KLEI tinggi tetapi
tidak aktif sehigga kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 g KLEI).
-
Kandungan
oksida besi atau oksida Al tinggi.
-
Di
lapang tanah ini menunjukan batas-batas horison yang tidak jelas.
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Latosol (umumnya Latosol merah atau merah kekuningan),
Lateritik, atau juga Podzolik Merah Kuning.
Spodosol
-
Tanah
yang di lapisan bawah mempunyai penimbunan Fe dan Al serta humus (Horizon
Spodik), sedangkan di lapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang
berwarna pucat (Albik).
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Podzol.
Ultisol
-
Tanah-tanah
dimana terjadi penimbunan KLEI dihorison bawah (Horison Argilik), bersifat
masam, kejenuhan basa < 35 %.
-
Tanah
ini dulu disebut tanah Podsolik Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia,
kadang-kadang Latosol dan Hidromorf Kelabu masuk dalam kelompok tanah ini
Vertisol
-
Tanah
dengan kandungan KLEI tinggi (> 30 %) di seluruh horison dan mempunyai sifat
mengembang serta mengkerut. Pada saat kering tanah mengkerut sehingga tanah
pecah-pecah dan keras, sedangkan pada saat basah mengembang dan lengket.
-
Tanah
ini dulu disebut Grumusol atau Margalit.
5.4.PADANAN NAMA TANAH PADA BEBERAPA
SISTIM KLASIFIKASI
Mempertimbangkan sampai saat ini masih
banyak penggunaan nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi, maka bersama ini
disampaikan padanan nama-nama tanah pada beberapa sistim klasifikasi :
Tabe1
: Penyederhanaan Padanan Nama Tanah pada Beberapa Sistim Klasifikasi (Hardjowigeno, 1995)
Dudal
– Soeprapto Harjo
(1957
,1961)
|
Modifikasi
PPT
(1978
/ 1981)
|
FAO
– UNESCO
(1970)
|
USDA
Soil
Taxonomi
(1975)
|
1.
Organosol
|
Organosol
|
Histosol
|
Histosol
|
2.
Litosol
|
-
Litosol
-
Ranker
|
-
Litosol
-
Ranker
|
-
Entisol
-
Litic Sub
group
|
3.
Tanah Aluvial
|
Tanah
Aluvial
|
Fluvisol
|
-
Entisol
-
Inceptisol
|
4.
Regosol
|
Regosol
|
Regosol
|
Entisol
|
5.
Renzina
|
Renzina
|
Renzina
|
Rendoll
|
6.
Grumusol
|
Grumusol
|
Vertisol
|
Vertisol
|
7.
Andosol
|
Andosol
|
Andosol
|
Inceptisol
|
8.
Podsolik Coklat
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Cambisol
|
9. Podsolik Coklat Kekelabuan
|
Podsolik
|
Acrisol
|
Ultisol
|
10. Brown Forest Soil
|
Kambisol
|
Cambisol
|
Inceptisol
|
11. Latosol
|
-
Kambisol
-
Latosol
-
Lateritik
|
-
Canbisol
-
Nitosol
-
Ferralosol
|
-
Inceptisol
-
Ultisol
-
Oxisol
|
12. Podsolik Merah Kuning
|
-
Podsolik
|
-
Acrisol
|
-
Ultisol
|
13. Mediteran
|
Mediteran
|
Luvisol
|
-
Alfisol
-
Inceptisol
|
14. Podsol
|
Podsol
|
Podsol
|
Spodosol
|
15. Glei Humus
|
Gleisol
Humik
|
Gleisol
|
Aquept
|
16. Glei Humus Rendah
|
Gleisol
|
Gleisol
|
Aquept
|
17. Hidromorf Kelabu
|
Podsolik
Gleiik
|
Acrisol Gleic
|
|
18. Aluvial Hidromorf
|
Gleisol
Hidrik
|
Flufisol
|
Hidraquent
|
19. Planosol
|
Planosol
|
Planosol
|
Aqualf
|
VI. HUBUNGAN TANAH DAN
TANAMAN
Tanaman dan tanah memiliki hubungan yang sangat
dekat, karena segal a kebutuhan tanaman sebagian besar diambil dari tanah.
Meskipun juga diketahul bahwa pada saat ini ada teknologi hidroponik dimana
kebutuhan hara tanaman diambil dari media cairan tanpa tanah, serta juga adanya
pemupukan melalui daun yang artinya langsung diserap tanaman tanpa melalui
tanah'. Akan tetapi dalam usaha tani skala luas, faktor tanah adalah masih
merupakan faktor mutlak yang harus disediakan karena merupakan media tumbuh dan
berkembang tanaman. Tanah adalah merupakan gudang hara bagi tanaman. Dalam hal
ini, segala aktivitas yang te~adi dalam tanah akan secara langsung mempengaruhi
tanaman yang tumbuh di atasnya, Karenanya pengetahuan tentang hubungan tanah
dan tanaman adalah sangat penting sehingga bisa memahami bagaimana proses
penyediaan unsur hara oleh tanah dan penyerapan hara oleh tanaman dsb.
6.1. Unsur Hara Essensial
Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya dibagi menjadi unsur makro dan mikro.
Unsur makro : C, H, 0, N, P, K, Ca,Mg, S
Unsur Mikro : Fe, Mn, B, In, Cu, Mo, CI, Co
Tidak semua unsur ini dibutuhkan
oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro berarti dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sangat
sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung
jenis tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2
melalui proses fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O).
Unsur lainnya diserap melalui tanah. Bentuk unsur yang diserap tanaman
disajikan pada table di bawah ini.
Unsur Hara
|
Bentuk Diserap
Tanaman
|
Nitrogen
|
NH4 +,
NO2-, NO3-
|
Fosfor
|
H4PO4-
, HPO4 -2
|
Kalium
|
K+
|
Magnesium
|
Mg 2+
|
Kalsium
|
Ca 2+
|
Boron
|
BO3 3-
|
Tembaga
|
Cu+
, Cu +2
|
Seng
|
Zn +2
|
Besi
|
Fe +2 ,
Fe +3
|
Belerang
|
SO3-2
, SO4 -2
|
Klor
|
Cl-
|
Mangan
|
Mn+2 , Mn
+4
|
Molibdenum
|
MoO4-2
|
6.2. Pergerakan Unsur hara
Suatu unsur hara dapat diserap
{absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus terdapat pada
permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi
akar, (2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.
§
Intersepsi
Akar
Akar tanaman tumbuh memasuki
ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan
unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya
terjadi proses pertukaran ion. Ion-ion yang terdapat pad a permukaan akar
bertukaran dengan ion-ion pad a permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi
unsur hara (ion) langsung dari permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur
hara yang dapat diserap melalui cara intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim
perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam daerah perakaran. Hampir semua unsur
hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca, Mg, Mn, dan Zn.
§
Aliran
Masa
Air mengalirke arah akar atau
melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi mengalir dari daerah sekitarnya akibat
transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah. Gerakan air ini dapat
secara horinsontal maupun vertical. Air tanah yang mengalir ini mengandung ion
unsur hara. Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa
oleh gerakan air tsb atau disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap
tanaman. Penyerapan melalui aliran masaa dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi
unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air yang ditanspirasikan (3) volume
air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan berkontak dengan akar.
Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, In, Cu, B, Fe.
Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.
§
Difusi
Proses
penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan
tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang mempengaruhi difusi
adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar
dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah
bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang
bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar
rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P
dan K diserap tanaman terutama melalui difusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar