Bangkitkan semangat muda mahasiswa instiper untuk pergerakan
Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sejarah singkat Sumpah Pemuda
Teks sumpah pemuda di ketik oleh Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond) sebagai sekretaris panitia dan dibacakan perama kali oleh : Soegondo Djojopoespito (PPPI) sebagai ketua panitia. Rumusan pemersatu ini sudah dicanangkan semenjak kongres pemuda ke satu, namun belum menemukan titik temu. Kemudian pada tanggal 27-28 oktober dilakukan kongres pemuda yang ke dua. Dalam kongres ini menghasilkan beberapa hal penting yaitu pembacaan sumpah pemuda, diperkenalkannya “Lagu Kebangsaan Indonesia Raya” yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman dan pengibaran bendera “Pusaka” Sang Merah Putih.
pergerakan Mahasiswa
Mulai dari tanggal 28 oktober 1928 sampai sekarang, Sudah 86 tahun pemuda dan pemudi meng-ikrarkan sumpah pemuda. Tapi kita sebagai pemuda Indonesia yang notebene adalah mahasiswa malah banyak mengingkari sumpah pemuda itu sendiri. Didalam pembentukan sumpah pemuda , peran mahasiswa sangatlah besar dan peserta dalam kongres pemuda itu sebagian besar adalah mahasiswa. Dengan perkembangan zaman, pada tanggal 17 agustus 1945 pemuda mendesak sukarno untuk meng-ikrarakan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tangan penjajah.
Pada tanggal 1965 Indonesia lagi-lagi begejolak, hal ini disebabkan oleh mahasiswa untuk penurunan soekarno. Tidak sampai disitu pemuda Indonesia terus menunjukkan perannya sebagai kaum yang yang mengontrol pemerintahan. Pada tahun 1977 sampai tahun 1998 adalah masa perjuangan mahasiswa yang sesungguhya, yang mana mahasiswa harus menghadapi pemimpin yang otoriter. Namun semangat muda pemuda tidak goyah sedikitpun, dan pemuda menunjukkan bahwa kekuata pemuda lebih hebat daripada pemimpin itu. Dengan modal keberanian pemuda-pemuda Indonesia bergabung dan meruntuhkan rezim orde baru, yang dikenal dengan istilah reformasi.
Namun semenjak tahun 2000- sekarang, pemuda di Indonesia mengalami masa yang galau. Karena pada masa ini pemuda banyak yang dipecah belah dan mereka menganggap bahwa kelompoknyalah yang berjasa dalam reformasi. Sebab itulah kita sebagai elemen pemuda bangsa seharusnya menanamkan rasa patriotic dalam menghadapi masalah seperti ini.
Sebagaimana tujuan kongres ke dua tersebut, adalah:
1. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,
2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,
3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan Indonesia.
Kita perlu bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sadar akan kebangsaan kita?? Apakah kita punya tujuan untuk memperteguh persatuan Indonesia??
Peran dan Fungsi mahasiswa/i sebagai pemuda/I indonesia
Peran
peran dalam Memperdalam dan mengembangkan diri di dalam pembidangan keilmuan yang ditekuninya sehingga dapat memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab intelektualnya.
Merupakan jembatan antara dunia teoritis dan dunia empiris dalam arti pemetaan dan pemecahan masalah-masalah kehidupan sesuai dengan bidangnya
Merupakan dinamisator perubahan masyarakat menuju perkembangan yang lebih baik. (agen perubahan).
Sekaligus merupakan control terhadap perubahan sosial yang sedang dan akan berlangsung.
Apakah kita sudah memenuhi ini semua?? Cuma kita yang tahu.
Fungsi
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tugas perguruan tinggi adalah membentuk insane akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. Sudahkah kita sudah kritis ataupun selalu mengembangkan diri??
sikap konkrit kita mahasiswa sebagai kaum pemuda
Kita sebagai kaum terpelajar harus lebih meningkatkan rasa nasionalis, idealis, dan lebih militan dalam menjalankan peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa.
Semakin banyaknya pemuda pemudi Indonesia sekarang yang apatis, kita sebagai kaum intelektual seharusnya menyusun strategi yang konkrit untuk memperbaiki sikap ini.
Mengubah pola fikir.
Meningkatkan rasa kekeluargaan antar umat manusia.
Meningkatkan kepekaan terhadap social dan politik tanah air, karena hal itu adalah menyangkut harkat dan martabat bangsa.
HIDUP MAHASISWA!!!
HIDUP PEMUDA DAN PEMUDI INDONESIA!!!
Yogyakarta 28 Oktober 2014
(Keluarga Mahasiswa INSTIPER)
Senin, 27 Oktober 2014
Minggu, 26 Oktober 2014
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan
kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati
Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling
tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan
nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu
tujuan utama seorang pemimpin adalah melayanikepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun
golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan
buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani
memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud
dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari
mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang
memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah
akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
public atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan
diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala
Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak
banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut
dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com
ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.
Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi
maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi
tersebut. Bahkan
dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan
secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada
artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya
sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi,
yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive.
Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan
impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau
pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia
memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya
dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti
monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku
Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani
bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan
metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan
seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin,
yaitu :
Ø Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin,
tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan.
Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki
misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan,
dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan
sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat
memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau
relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan
kekuasaan semata.
Ø Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam
berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap
harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen
untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa),
dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan
yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis
kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar,
penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu
tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant
leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan
Kate Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ
yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang
tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain.
TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori
ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini
mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan
bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga
dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain
: sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith
Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya
di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun
eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan
stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus
merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar
tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari
adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership
Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap
filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda
atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang
tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif
dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya
menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain
gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan
pegawai yang kurang kompeten.
ü Partisipasif
Lebih
banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang
diambil tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai
adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat
dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan,
yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai
dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi
merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang
berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil
dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin
yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya
merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian
dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model
ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi
dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3
variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel
itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga
menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model
kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari
Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin
dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan
tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini
amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja
pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi
sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut
Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing
gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari
bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak
studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah
satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan
4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh
bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara
mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~ Directing
Gaya
tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang
perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan.Pelaksanaan di lapangan
harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin
tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
~ Supporting
Sebuah
gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah
gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat
gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung
dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari
bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational
leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin
harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah
– tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya
perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan
untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability
skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.
Q Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni
kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan
yang kita terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran
pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari
organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan,
memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan
menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan
peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan,
mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan
informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan informasi
kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran
ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan
dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi
masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi alokasi
sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan,
memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar –
menawar.
Dalam
perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam
peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja dengan
tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu dengan
tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada pekerja
untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika
saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena
jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Rahasia
utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya.
Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain,
pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan
efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena
ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat,
merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri.
Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang
lain tanpa mengendalikan diri.
Langganan:
Postingan (Atom)