Merenungkan
kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen
yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika
dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam
kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani.
A. Karakter
Kepemimpinan
Hati
Yang Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling
tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan
nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu
tujuan utama seorang pemimpin adalah melayanikepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun
golongan tapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan
buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani
memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud
dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari
mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang
memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah
akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
public atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan
diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala
Yang Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang
efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu
karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak
banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut
dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com
ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.
Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang
mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi
maupun sinergi berbagai keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi
tersebut. Bahkan
dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision.
Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu
memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan
secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada
artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk
senantiasa tumbuh dan belajar serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya
sehingga bias bertahan sampai beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi,
yaitu visionary role dan implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak
hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive.
Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan
impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau
pendamping bagi orang – orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia
memiliki kemempuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya
dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti
monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku
Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani
bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan
metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan
seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin,
yaitu :
Ø Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin,
tapi sungguh – sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan.
Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki
misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan,
dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan
sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat
memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau
relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan
kekuasaan semata.
Ø Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam
berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap
harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen
untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa),
dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan
yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis
kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar,
penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu
tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant
leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan
Kate Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ
yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas,
terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang
tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun
bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar