Jumat, 22 Februari 2013
Cerpen Kematian
Hariku berakhir mungkin. Sebelum bias mentari esok, membangunkan aku lewat atap yang sudah kerotak dan silaukan mataku seperti hari-hari lalu.
Apakah hari ini aku akan menghilang dari nyata?
Karena nafasku sudah mulai sengal pada pangkal kerongkonganku. Dan tubuhku sekarang melemas pada tiap detik yang meluruh, mengiringi setiap gurat kesadaran yang terhempas, persis seperti ketika aku merasa ngantuk luar biasa. Hanya saja ada rasa sakit sekarang, dalam setiap aku mulai tak sadar.
Hari ini aku gemetar menunggu Izrail, yang akan mengantarku pada ruang baru kehidupanku. Menunggu Izrail datang sambil ditemani cambuk sekarat yang bermain puas pada tubuhku,juga tikus ikut menemani, acuh hilir mudik dan mencicit pada ujung kakiku.
Nafasku ternoda pada apak pesing tikus bilik kumuh ini, udara beracun untuk asma yang mulai menghajar dada tak berapa lama aku terbuang kesini.Aku merindukan istriku, apalagi anakku. Aku rindu kulit putih lembut istriku yang memeluk penuh cinta setiap pagi, dan baru terasa sekarang nilainya setelah kini aku tercaci.Apa lagi ramai bawel anakku, yang ngambek dengan kulit pipinya mengelembung kocak.Aku sesali masa lalu ya Tuhan. Dimana waktu itu, aku khianati keluargaku dengan memuja para pengagum semuku di bilik-bilik rayu, dan pulang dengan kesadaran terbasuh alkohol. Aku sesali masa itu, dimana alkohol membuatku menghardik semua yang memberi makna diriku sebagai ayah.
Aku berdoa pada Tuhan yang sudah pasti akan menghukumku dengan sembilu-sembilu pilu, dan rajam-rajam menghujam neraka. Semoga sebelum itu terjelang, istri anakku datang untuk memberi aku bekal wajah, yang bisa kuingat pada saat aku terajang.
Aku pantas tersiksa, karena dulu aku penyiksa. Dimana akulah alasan berjuta orang yang mengalami apa yang kualami kini tercipta, akulah yang membunuh harapan-harapan manusia untuk merasa adil. Iya, tepat ketika masa itu aku tertawa pada sekoper uang nista yang aku dapat dari mencuri harapan-harapan tersebut.
Sekarang aku jauh lebih sunyi dari kaum nista yang sekarat, karena mereka setidaknya mempunyai haru biru yang terlukis pada wajah-wajah orang yang mereka cintai.
Sedang aku, sunyi sekejap setelah pangkat lebih tinggi menjadikan aku tumbal. Tumbal yang hanya berteriak kosong ketika tangan-tangan petugas habiskan setiap jengkal harga diri, yang kupupuk dengan darah penderita. Kini hukuman datang, dan aku bergabung dengan darah yang dulu adalah korbanku. Bahkan lebih kejam ketika istriku berkata malu, dan beranjak tak menoleh berlalu. Aku masih sombong saat itu, dan sekali lagi menghardik cinta tulusku yang hilang terlupa waktu.
Cintakah dia padaku? Kenapa lekas sudah tak berbekas ketika aku terhempas? Lupakan istriku, mungkin dia cinta kemilau harta, seiring labilku yang merasa kadang dia mencinta. Tapi anakku, kertas putih yang tak ternoda dosa, tak adakah cinta untukku dari buah hatiku? Mungkin jawabnya adalah karena aku tak berkorban waktu. Tapi aku butuh kamu, aku butuh kalian, aku butuh haru, pada saat umurku tak akan lagi pacu.
Papan busuk mulai berderak, terdorong angin malam menghujam batas ketahanan tubuh berpeluh. Kecoa berlalu pada kardus basah dan lusuh. Cicit tikus bersorak gerogoti kayu dan berlari gaduh. Nafasku mulai memburu seiring dingin menjalar dari ujung kaki berderap naik,
"Istriku,.. .. "
"A,.an,anakku,.."
"Ayahhhh," tiba-tiba aku mendengarsuara kecil.
Astaga aku mendengarnya...
"Sayanggg,.. nanti kita telat, liat tuh anakmu udah ga sabar," istriku,..aku mendengarnya. Ya Tuhan kau maha kasih.
Aku langsung terbangun,"ini empuk" aku memegang alas dimana aku terbangun. Astaga ini kamarku, Ha ha haha ini mimpi ha ha... dasar "MIMPI SIAL"
"Ayahhhh,.. cepet yah, liat itu Dito dah ga sabar, jangan ga jadi lagi yah kasian Dito," Istriku sayup berkata dari balik pintu kamar.
Aku diam tak menjawab, lalu bergegas ke kamar mandi dan mulai bersiap.
"Ayah,.. Lama ihhh," lagi-lagi istriku berseru membuat ku kini habis kesabaran.
"CEREWETTTT,... INI HARI AKU ADA ACARA KANTORRR!!!! DASAR NYUSAHIN!!!"
BRAKKK!!!!
Sekalian aku tambahkan gebrakan lemari untuk membungkam mereka. Dasar, gara mimpi sial itu aku jadi benar-benar kesal. Sudahlah, nanti malam semua mood ku akan berganti ceria. Aku akan pikirkan nanti clubnya, yang pasti harus sarat dengan wanita-wanita luar, atau ABG "YEAHHH".
Aku sudah selesai, saatnya aku keluar dan nikmati hari kembalikan semua semangatku akibat mimpi sial. Aku harus pikirkan kata-kata untuk bungkam kicauan istriku, kalau perlu aku harus tegas agar dia terdiam. Aku menghela nafas dan mulai membuka pintu,...
Tapi,..
ASTAGAAA APA INIII!!!!
"Suamikuuuu, akulahhh istrimuuu ha ha ha,.. akulah istrimu sesungguhnya tercipta dari setiap hujaman mu pada setiap tubuh-tubuh dosa, hi hi hi hi"
TIDAKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Api membara,...
Cerpen Kematian - Ketika Mautku Bicara menurut kalian Serem gak..???
Sumber : Pulpen
Artikel Menarik Lainnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar